Anak – anak pekerja yang melarikan diri dari toko roti Kaeigi sedang berbincang dengan Sr.Eustochia,SSps (kanan ) ketua divisi Perempuan dan anak, Truk-F serta bupati Sikka (berdiri kiri ) dan wakil bupati Sikka ( kedua kiri ). ( Foto : FBC/Ebed de Rosary )
MAUMERE, FBC -Sebanyak 7 anak - anak berusia di bawah 17 tahun dari total 10 tenaga kerja yang bekerja di toko roti Kaeigi, Senin, ( 12/01/15 ) melarikan diri dari rumah majikan dan mengadukan permasalahan yang menimpa mereka ke Divisi Perlindungan Perempuan dan Anak, Team Relawan untuk kemanusiaan Flores ( Truk-F ).
Anak – anak di bawah umur ini kabur jam10 malam dari rumah yang merangkap usaha pembuatan roti melewati pintu samping yang sedang direnovasi saat kedua majikan sedang ke luar rumah.Para pekerja di tempat usaha milik Budi Suhardi dan Ranti Tanesib yang beralamat di jalan Kesokuit,kelurahan Wairotang, kecamatan Alok, kabupaten Sikka ini, melarikan diri karena tidak tahan disiksa dan mengalami perlakuan tidak manusiawi.
Saat ditemui FBC di kantor Truk-F, Maumere, Rabu ( 14/01/15 ), Desi Supriani Alina Liunesi ( 15 ), menyebutkan,dirinya bersama teman – teman lainnya melarikan diri karena sering dipukul dan dimaki oleh majikan perempuan.Dikatakan Desi, selama bekerja, mereka juga tidak diberi gaji oleh sang majikan dan dilarang menelpon orang tua dan kerabat.
“ Kami semua baik laki – laki maupun perempuan kalau kerja salah selalu dimaki dan dipukul oleh majikan perempuan.Setiap hari kami kerja dari jam 5 pagi sampai jam 12 malam. Kartu telepon kami juga diambil sehingga tidak bisa menelpon “ ujar perempuan asal Soe ini.
Selama 8 bulan bekerja, ucap Desi, dirinya belum menerima gaji. Dirinya juga dijanjikan mendapatkan upah sebesar 600 ribu rupiah sebulan, tapi uang itu lanjutnya tidak diberikan dan oleh majikan dan saat diminta, majikan beralasan bahwa uang mereka ditabung.
![]() |
Toko roti Kaeigi di jalan Kesokuit, Kel. Wairotang, ( Foto : FBC/Ebed de Rosary ) |
Dilarang Beribadah
Anak – anak pekerja ini berlindung ke Truk-F karena mereka mengetahui bahwa di dalam lokasi sekolah tersebut terdapat biarawati. Selain itu kantor Truk-F yang berada di dalam lokasi sekolah tersebut cuma berjarak sekitar 150 meter arah selatan rumah majikan mereka.
Dikatakan Jitrow Imanuel Asmawan ( 17 ) asal Betun yang baru bekerja selama 3 bulan dan Serly Sujarweni Nurak ( 14 ) asal asal Kefamenanu yang sudah 1 tahun 2 bulan bekerja, setelah bangun pagi mereka semua bekerja membuat roti hingga jam 12 atau jam 01 malam.Kalau perempuan tambah Serly, selain membuat roti juga mengepel lantai dan mencuci pakaian.
“ Setiap hari kami cuma dikasih makan dua kali soreh jam 3 atau jam 4 dan jam 10 atau jam 11 malam. Kami dilarang ke luar rumah dan pintu pagar selalu digembok kalau majikan pergi “ tutur Serly.
Selain itu, papar Serly, mereka tidak mendapatkan libur. Hari Minggu atau hari raya pun, mereka tidak diijinkan ke gereja untuk beribadah. Makan pun ungkap Serly, hanya nasi dan sayur saja, jarang sekali memakai ikan. Majikan pun kadang memberi mereka makan nasi basi. Kalau kami tidak mau makan,sebut Serly, majikan memarahi dan memaki.
Makan Nasi Basi
Diungkapkan Jitrow,dirinya bekerja karena diajak sang adik yang sudah terlebih dahulu bekerja di toko sekaligus tempat pembuatan roti ini. Majikan mau membeli mobil untuk antar roti dan butuh tenaga kerja sehingga butuh penambahan tenaga kerja. Setelah tiba di Maumere, ternyata majikan tidak membeli mobil dan dirinya disuruh ikut bekerja membuat roti.
“ Majikan perempuan sering maki dan bilang saya tukang merokok, makan rakus dan memaki saya.Dirinya pernah sekali memukul saya di belakang saat di gudang. Kadang nasi sudah basi kasih kita makan kalau tidak makan dia bilang kita ini macam bos saja makan pilih – pilih” ucapnya lirih.
Kita sudah tidak tahan kerja, tiap hari kena marah.Tidur juga di gudang ungkap Jitrow. Bahkan temannya yang sakit panas dan seorang lainnya yang luka di kaki terlindas mengangkat barang, sudah dua minggu lebih tidak dibawa untuk berobat.Bersama teman – teman lainnya, dirinya meminta agar majikan dihukum, gaji selama bekerja dibayarkan dan mereka harus dikembalikan ke kampung halaman.
Selain ketiganya, di shelter Truk-F juga terdapat anak – anak pekerja lainnya yakni,Bernadina Gusmau ( 16 ) asal Betun yang sudah bekerja selama 5 bulan, Densi Nenobais ( 15 ) asal Kapan, TTS yang bekerja selama 8 bulan, Meky Falo ( 15 ) asal Soe dengan lama masa kerja 3 bulan.
Juga terdapat Riky Knafmone ( 15 ) berasal dari Kapan, TTS dan sudah bekerja selama 7 bulan, Roki Neken (22 ), Febiana Mea Nurak ( 21 ) dan Sebastiana Sinalis ( 18 ) asal TTS dengan masa kerja sekitar satu tahun.
Disaksikan FBC di kantor Truk-F, sekitar pukul 11.00 wita, tampak hadir para pegawai dari dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sikka,bupati Sikka, Drs.Yoseph Ansar Rera, wakil bupati Sikka, Drs.Paolus Nong Susar, Kasat Pol PP dan Kabag Humas dan Protokol mendatangi lokasi penampungan dan berdialog bersama anak – anak tersebut, bupati juga memerintahkan Kasat Pol PP untuk menjemput 3 korban lainnya.
Anak – anak ini pun diantar Satpol PP guna mengambil barang – barang kepunyaan mereka di rumah yang masih tersisa di rumah majikan.Saat tiba di rumah majikan, terlihat majikan laki – laki bersama seluruh anak tersebut menangis dan berpelukan. Sang majikan lelaki ini bahkan menyempatkan diri menghampiri mereka dan menangis bersama meski mobil pick up milik Satpol PP hendak berangkat. ( ebd )