Quantcast
Channel: EBED DE ROSARY
Viewing all articles
Browse latest Browse all 339

Proyek Pansimas Gagal, 70 KK di Desa Done Konsumis Air Dari Lubang Batu

$
0
0
Sisilia Mbaru warga RT 08/05 desa Done kecamatan Magepanda kabupaten Sikka sedang mengambil air dari lubang batu untuk dikonsumsi. ( Foto : Ebed de Rosary )

Masyarakat desa Done kecamatan Magepanda kabupaten Sikka masih mengkonsumsi air dari lubang batu untuk minum sehari – hari. Masyarakat yang tersebar di tiga rukun tetangga ( RT ) yakni RT 06. 07 dan 08 rukun warga ( RW ) 05  sebanyak sekitar 70 Kepala keluarga (KK ) ini, sejak dahulu hingga saat ini masih mengandalkan satu – satunya sumber air tersebut untuk minum. Meski jarak kali hanya beberapa ratus meter namun air kali kotor dan tidak layak dikonsumsi.

Selain itu, jaringan air bersih yang dibangun tahun 2013 ( proyek Pansimas ) tidak mereka kecapi padahal setiap KK sudah mengumpulkan dana sebesar 25 ribu rupiah. Dari 412 KK yang ada di desa ini, warga lainnya mengandalkan air sumur dan air dari pipa proyek Pansimas di wilayahnya yang mengelurkan air serta jaringan air bersih yang dibangun lembaga swadaya masyarakat. Proyek Pansimas yang menalan anggaran 275 juta rupiah terkesan asal kerja dan hasilnya hanya dinikmati beberapa kelompok warga saja.

Hal ini disampaikan Alyosius Ngedo ( 62 ) warga RT 07 RW 05 yang ditemui penulis  sedang mengantri mengambil air di lubang batu yang berada di kali mati ± 400 meter sebelah barat perkampungan, Rabu ( 29/07/15 ). Menurut Aloysius,   usai pembangunan jaringan pipa air dan bak penampung di setiap RT, warga ketiga RT tersebut mempertanyakan kenapa air di wilayahnya tidak mengalir sementara yang lainnya mengalir, kepala desa bersama PPK dinas Pekerjaan Umum kabupaten Sikka tidak bisa menjawabnya.

“ Mereka tetap membuat surat serah terima meski masyarakat tidak menandatangani. Masa kami disuruh tanda tangan hasil proyek yang tidak kami nikmati “ ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Sisilia Mbaru ( 50 ) dan Blasius Sara ( 54 ) warga RT 08 RW 05 yang ditemui di tempat yang sama. Mereka berdua juga meminta agar pihak dinas PU bersama aparat desa mempertanggungjawabkan dana yang mereka telah kumpulkan. Semua warga di ketiga RT tersebut terang Blasius selalu mempertanyakan masalah proyek air minum ini namun tidak digubris aparat desa.

“ Wilayah lain dapat air sementara kami cuma dapat bak air dan pipanya saja. Banyak pipa yang sudah dirusaki warga karena air tidak mengalir sejak dibangun “ kata Blasius.

Terpaksa Konsumsi

Gagalnya pembangunan jaringan air bersih mengakibatkan warga atu – satunya sumber mata air di bekas kali mati tersebut selalu dipenuhi warga saban pagi dan menjelang sore hari. Masyarakat mengambil air di tempat ini hanya untuk minum dan mencuci perabotan makan minum dan perlengkapan memasak.Sementara untuk mandi dan mencuci pakaian sambung Sisilia, warga melakukannya di kali.

Dijelaskan Sisilia awalnya puluhan tahun lalu Mama Jaru menemukan air mengalir di sela – sela lubang batu dan menggalinya. Setelah dilihat ada air terkumpul di dalam lubang yang digali, dirinya memanggil warga sekitar sehingga semua ikut menyaksikan dan mengambil air tersebut. Saat itu, bebernya, bagian atas lubang ditutupi kayu dan dedaunan agar kotoran tidak jatuh ke dalam lubang tersebut hingga akhirnya diganti dengan seng.

“ Jam 5 pagi orang sudah antri disini untu ambil air.Kalau air di lubang kering kami biarkan dulu tunggu sampai penuh baru gayung lagi “ tuturnya.

Diksaksikan penulis sore itu, belasan anak – anak peremuan bersama ibu rumah tangga dan lelaki dewasa membawa jeriken ukuran 5 liter mendatangi lokasi mata air. Mereka bergantian mengambil air dari lubang tanah menggunakan sebuah gayung plastik yang dibawa. Lubang dengan diameter ± 60 sentimeter dan kedalaman ± 50 sentimeter tersebut diapit beberapa batu besar.Seng yang menutupi bagian atas lubang terlihat berkarat dan dipenuhi dedaunan. Di sekitar lubang air juga terdapat beberapa pohon besar.

Untuk sampai ke lubang mata air tersebut warga melintasi halaman belakang rumah warga dan kebun mente hingga melewati jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Setiap orang terlihat menenteng dua buah jeriken ukuran 5 liter dan harus bolak – balik beberapa kali ke tempat tersebut. Warga di RT 06 harus menempuh jarak hingga 400 meter dari rumahnya. Jika musim kemarau tutur Sisilia, air sering kering sehingga butuh waktu lama dan harus sabar menunggu hingga air di lubang tersebut penuh terlebih dahulu baru diambil.

Bak air proyek Pansimas berukuran panjang ± 3 meter, lebar ± 2 meter dan tinggi ± 2 meter yang berada di kebun warga persis di sebelah timur jalan raya di desa Done terlihat masih bagus. Bangunannya pun masih berfungsi dan keran airnya pun masih utuh meski dikelilingi semak belukar. Dua bak air lainnya yang berada di depan rumah warga juga kondisinya masih bagus meski tidak terisi air.


 Penulis :Ebed de Rosary    Email : ebedallan@gmail.com

Viewing all articles
Browse latest Browse all 339

Trending Articles