Quantcast
Channel: EBED DE ROSARY
Viewing all articles
Browse latest Browse all 339

Puluhan Tahun Warga Solor Konsumsi Air Asin

$
0
0
Maria Keban warga desa Balawelin I sedang antri menimba air di sumur yang berada di ujung barat desa Balawelin I. ( Foto : Ebed de Rosary )
Pagi saat mentari belum nampak di peraduan masyarakat berbondong – bondong membawa jeriken dan ember menuruni jalan berbatu karang mendatangi sumur air asin di pinggir pantai. Saat disambangi Minggu ( 05/07/15 ) hingga Selasa ( 07/09/15 ) puluhan anak usia sekolah dasar ( SD ) hingga perempuan berusia lanjut berkumpul di sekitar sumur sejak pukul 05.00 wita.

Warga desa Balawelin I kecamatan Solor Barat kabupaten Flores Timur sejak dahulu terbiasa mengkonsumsi air asin. Jaringan pipa air bersih belum masuk ke desa tersebut meskipun hanya berjarak sekitar 20 kilometer dari sumber mata air di desa Ritaebang yang ada di wilayah barat ibukota kecamatan Solor Barat.Desa Balawelin I berpenduduk 663 jiwa yang terdiri atas 3 dusun yakni Botan, Penilerin dan Lamalewo dimana masing – masing dusun memiliki sebuah sumur yang letaknya di pinggir pantai.

Sumur yang digali sejak puluhan tahun lalu ini menjadi harapan hidup masyarakat desa Balawelin I. Bukan saja desa Balawelin I, desa Pamakayo dan desa lainnya di Solor pun mengalami hal serupa. Desa Pamakayo yang berada sebelah timur desa Balawelin pun bernasib sama. Puluhan orang sejak pagi terpantau antri di beberapa sumur yang berada di desa mereka. Mendekati pukul 08.00 wita,ketiga sumur di desa Balawelin dipenuhi kaum perempuan baik anak – anak, remaja maupun ibu – ibu yang membawa ember besar berisi pakaian dan mencucinya di areal sumur.

Menuruni Lembah

Maria Keban ( 60 ) warga desa Balawelin I yang ditemui, Minggu ( 05/07/15 ) di lokasi sumur mengisahkan, masyarakat desa ini sejak puluhan tahun terbiasa mengkonsumsi air asin dari sumur yang berjarak hanya beberapa meter dari bibir pantai Meski airnya terasa asin sebut Maria, masyarakat terpaksa mengkonsumsinya karena hanya ini satu – satunya sumber air yang digunakan untuk keperluan saban hari.

“ Kami sudah puluhan tahun minum air asin tapi pemerintah tidak pernah mendengar keluhan kami. Mereka hanya datang saat ada pemilu dan janji saja tapi setelah itu tidak juga beri bantuan “ ujarnya.

Maria bahkan dengan suara tertatih meminta agar pemerintah memperhatikan nasib mereka. Meski capek pulang dari kebun yang jauh, dirinya bersama masyarakat lainnya terpaksa berjalan menuruni lembah menyusuri jalan berbatu dengan kemiringan 30 derajat guna menimba air dari sumur. Ketiga sumur yang ada di desa tersebut memiliki kedalaman sekitar 3 meter. Ketika ditanyai apakah air yang diambil dipakai juga menyirami bunga atau tanaman di pekarangan rumah, Maria hanya tersenyum.

“ Untuk minum saja susah apalagi buat siram tanaman. Saya harus jalan kaki satu kilometer dari rumah buat ambil air “ jeritnya.

Meski sudah berumur, Maria tidak terlihat capek dan tetap semangat mengangkat air memakai ember plastik dengan cara dijunjung. Untuk membeli air yang dijual memakai mobil tanki ukuran 50 ribu liter Maria tak sanggup karena harus merogoh kocek sebanyak 350 ribu rupiah. Dalam sehari dirinya bersama masyarakat dua kali mengambil air, pagi dan sore hari karena kalau siang cuacanya panas dan mereka juga harus ke kebun terlebih dahulu.

Maria menyesalkan kenapa saat bupati dan wakil ketua DPRD Flores Timur saat ini dijabat orang asli Solor, keluhan mereka tidak bisa diatasi. Menurut Maria seharusnya sebagai penentu kebijakan dan sebagai putra asli Solor mereka bisa mengusahakan agar bantuan dari pemerintah bisa dikucurkan.Sebagai orang yang lahir dan besar di kecamatan Solor Barat tentunya mereka sudah merasakan hal ini apalagi orang tua dan keluarga mereka juga menetap di Solor.

Pendapatan Terbatas

Maria Tini ( 30 ) warga Adonara yang ditemui saat menimba air menyebutkan, dirinya kalau berlibur ke kampung ibunya di Balawelin dirinya terpaksa ikut mengambil air dari sumur. Paling kuat dua kali pulang pergi mengangkut air sebab dirinya tidak kuat berjalan menaiki bukit. Itu pun sambung Tini, dirinya hanya menenteng air dua jeriken ukuran 5 liter di kedua tangannya. Tini bersama beberapa perempuan yang hadir mengikuti ritual adat 5 tahunan Wuu’n Nuran di desa Balawelin I saat hendak diwawancarai di lokasi sumur menolak karena mereka bukan menetap di desa tersebut. Namun melihat kondisi yang ada dirinya pun ikut prihatin.

“ Pemerintah harus bantu pasang pipa air apalagi mata airnya ada. Kasihan mama – mama tua yang sudah berumur terpaksa jalan jauh untuk ambil air “ tuturnya.

Kepala desa Balawelin I Urbanus Turang Werang ( 52 ) kepada penulis yang menemuinya, Minggu ( 05/07/2015 ) di rumahnya  membenarkan hal ini. Dikatakan Urbanus, pipa air sudah masuk di desa Balawelin II yang berjarak sekitar 5 kilometer dari wilayah desanya.Namun untuk sampai ke desanya, terang Urbanus, mereka harus memberi uang sebesar 150 juta rupiah kepada pemilik mata air di Ritaebang. Desanya bisa menggunakan dana yang dialokasikan di desanya, tapi masih menunggu apakah ada bantuan pemerintah derah terkait air minum terlebih dahulu.

Dijelaskan Urbanus, masyarakat desa Balawelin I kebanyakan berprofesi sebagai nelayan dan petani ladang. Dengan jumlah  rumah 189  dan penduduk  663 jiwa, jika musim kemarau akan terjadi krisis air. Air sumur debitnya akan menurun sehingga tambah Urbanus masyarakat hanya membutuhkan air untuk minum dan sedikit buat mandi sekali sehari. Jika ada pesta atau kematian, masyarakat sambungnya terpaksa membeli air tanki yang dijual.Keadaan ekonomi yang sulit menyebabkan mayoritas warga desa Balawelin dan Solor umumnya menjadi perantau.

“ Masyarakat kami pendapatan pas – pasan karena hasil pertanian seperti jagung dan padi hanya cukup untuk makan saja. Hasil Mente juga tidak menentu tergantung hujan “ kata staff kecamatan Solor Barat ini.

Pemimpin Gagal

Ketua DPRD Flotim, Yosep Sani Bethan, ST yang ditemui, Kamis ( 09/07/15 ) mengakui, secara umum kondisi air minum di Flotim masih mengalami kendala bukan hanya di Balawelin saja.Hal ini beber Nani sapaan akrabnya disebabkan oleh sumber mata air kita yang memang tidak terlalu banyak, apalagi di Solor yang kondisi geografisnya, kultur tanah dan lainnya itu tidak sama antara satu wilayah dengan dengan wilayah lainnya. Mungkin harus kita akui di Adonara wilayahnya memiliki sumber air cukup banyak sambung Nani sehingga masyarakat disana memiliki ketersediaan air melimpah. Di Solor paparnya musim kemarau pasti mengalami kekeringan dikarenakan tanahnya dipenuhi batu karang.

“ Pemerintah maupupun DPRD dari waktu ke waktu selalu berusaha dengan setiap program guna mengatasi persoalan air yang memang kita hadapi pada musim kemarau “ ungkap ketua partai Golkar Flotim versi Aburizal Bakrie.  

Kalau musim hujan, kata Nani, persediaan air pada umumnya tidak dipersoalkan bahkan ada yang terlalu berlebih sehingga yang dipersoalkan adalah masalah kesehatan dimana air tercampur dengan lumpur dan lain sebagainya. Dari waktu ke waktu jelasnya pihaknya akan selalu mendorong agar pemerintah terkhususnya di dinas PU,PDAM dan dinas lainnya selalu berupaya memenuhi pelayanan akan ketersedian air bersih dengan standar kesehatan memadai. Seluruh program itu senantiasa kita tingkatkan dan bukan dari APBD II saja tapi dari APBD I dan APBN.Tidak menutup kemungkinan juga sambungnya, program LSM -LSM yang senantiasa bekerja untuk mengatasi persoalan air di kabupaten Flotim.

Di Jawa papar Nani, kita ketahui kondisi kestabilan atas ketersedsian air di musim apapun hampir sama karena menggunakan air dengan sitem limbah, sedangkan di Flotim khususnya di daratan Flores ini tidak banyak kali - kali hidup. Tentu ada alternatif lain, ucap Nani dimana ke depannya bagaimana menginventarisasi dan menggairahkan kembali sekian sumber mata air baru yang berpotensi yang sedang dijajaki DPRD bersama pemerintah serta menggunakan sumber air tanah untuk kepentingan pelayanan. DPRD Flotim ungkapnya, sedang menjajaki peraturan daerah tentang perlindungan kawasan hutan di sekitar mata air dan kewajiban masyarakat untuk menjaga debit air tetap stabil.

“ Saya berharap masyarakat yang berada di sekitar mata air untuk menjaga supaya lingkungan yang menjadi sumber mata air tersebut tetap terjaga dan terpelihara karena kita masih menggunakan air dengan sistem konvensional atau sumber mata air langsung “ pungkasnya.

Ketua Gertak ( gerakan rakyat anti korupsi ) Flotim, Kanisius Ratu Soge yang ditemui di hari yang sama menyebutkan, krisis air bukan saja dialami warga masyarakat Solor tetapi juga kota Larantuka. Sejak beberapa tahun belakangan, kondisi ketersedian air baku untuk konsumsi masyarakat di kota Larantuka juga mengalami penurunan drastis. Puncaknya terjadi di tahun 2015 ini dimana kata Kanis, pipa air milik perusahaan daerah air minum ( PDAM ) bisa berbulan – bulan tidak mengalirkan air.

Meski tidak ada air PDAM tetap menagih iuran pemakaiannya. Pertanyaannya kata Kanis, masyarakat bayar untuk apa, air saja tidak mengalir. Hal ini diperparah dengan menjamurnya mobil pick up penjual air di kota Larantuka dan juga beberapa di Solor. Masyarakat dipaksa membeli air padahal daerah ini memiliki perusahaan daerah. Lebih baik PDAM dibubarkan saja atau diganti pimpinannya kalau tidak bisa mengelola perusahaan ini.Ini pipa untuk mengalirkan air atau hanya pajangan saja, tanya aktivis dan salah satu orator saat demo digelar Gertak.


“ Air merupakan kebutuhan dasar masyarakat. Jika air saja pemerintah tidak bisa penuhi bagaimana mungkin hal lainnya bisa dipenuhi. Pemimpin daerah sudah gagal dan harus diganti dengan pemimpin yang bisa membawa kesejahteraan bagi masyarakat “ pungkasnya.

Penulis : Ebed de Rosary                  Email :  ebedallan@gmail.com

Viewing all articles
Browse latest Browse all 339

Trending Articles