Quantcast
Channel: EBED DE ROSARY
Viewing all articles
Browse latest Browse all 339

Pamanga Temianutai, Memberi Makan Laut Berharap Berkah Melimpah

$
0
0



MAUMERE -Warga masyarakat nelayan pulau Pemana, sebuah pulau di sebelah utara pulau Flores yang berada di wilayah kabupaten Sikka sejak jaman nenek moyang selalu mengadakan ritual adat Pamanga Tamianotai guna memberi makan kepada laut.Ritual adat ini sejak tahun 1980-an sudah hilang dan hampir punah.

Bagi warga pulau Pemana yang masuk dalam wilayah kecamatan Alok dengan waku tempuh 2  sampai 3 jam perjalanan menggunakan kapal penumpang dari Maumere, sebagai nelayan mereka merasa bahwa hasil tangkapan ikan selalu berkurang setiap tahunnya.

Memberi makan kepada laut menurut Haji Bahamid Yunus yang ditemui Cendana News Kamis ( 26/11/2015 ) saat pagelaran ritual adat, memiliki makna memberikan sedekah atau persembahan kepada penguasa laut agar para nelayan bisa dierikan rejeki yang cukup yang ditandai dengan meningkatnya hasil tangkapan ikan para nelayan.


\
Selain itu juga selaku tetua adat sekaligus imam masjid desa Pemana Yunus berharap agar penguasa laut bisa menjaga para nelayan selama mengarungi lautan guna menangkap ikan. Hasil tangkapan nelayan ungkap Yunus, setiaptahun selalu berkurang dan ikan tangkapan semakin sulit ditemukan.

“ Biasanya kami melaut cuma dua tiga jam sudah dapat ikan Tuna atau Cakalang, tapi saat ini bisa butuh waktu tujuh sampai delapan jam berlayar ke laut lepas mencari ikan, “ ujarnya.

Dengan menggelar ritual ini tutur Yunus, para nelayan diajak untuk kembali mencintai laut dengan menjaga ekosistem laut. Nelayan pun disatukan dan membuat janji untuk tidak menangkap ikan dengan bom, alat penagkap ikan seperti pukat atau jaring yang dilarang serta memakai racun dari tumbuhan lokal maupun bahan kimia.

“ Kegiatan ini juga untuk menyadarkan mereka dan membuat mereka takut untuk menangkapikan dengan merusak biota laut dan terumbu karang, “ ungkap Yunus.



Pantangan Bagi Nelayan

Keseriusan para nelayan yang mayoritas merupakan keturunan suku pendatang dari Selayar, Bone, Buton dan Bugis di Sulawesi ini disampaikan dalam pernyataan sikap yang dibacakan perwakilan nelayan usai ritual di tengah laut.

Dalam pernyataan sikap yang ditandatangani kelompok nelayan dan dibacakan dihadapan wakil bupati Sikka, Drs.Paolus Nong Susar, kepala dinas Kelutan dan Perikanan kabupaten Sikka, Ir.Lukman,Msi, kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut kementrian Kelautan dan Perikanan wilayah Denpasar,Ikram Sangaji, Danlanal Maumere, Kolonel Laut ( P ) Carmadi, Dandim 1603 Sikka, Letkol ( Arh ) Settya Wardhana serta Wakapolres Sikka, Kompol Suprihatiyanto,SIK, para nelayan berjanji tidak akan menangkap ikan dengan cara merusak lingkungan.

Selain itu, para nelayan juga berjanji akan bekerjasama dengan pemerintah dalam menjaga zona laut yang menjadi zona inti pengembangan potensi keluatan. Juga para nelayan bersedia membantu pemerintah dan aparat keamanan memerangi para penangkap ikan baik dari kabupaten Sikka maupun dari luar daerah yang melakukan penangkapan ikan dengan cara merusak lingkungan.

Bahrudin Yusuf salah seorang tokoh nelayan Pemana yang dijumpai penulis di sela – sela acara ritual menyebutkan, kegiatan ritual ini merupakan warisan dari para leluhur mereka untuk mengikat para nelayan dalam menjaga laut dengan tidak menangkap ikan dengan cara merusak terumbu karang.biota laut dan alam. 

Sebagai masyarakat nelayan sambungnya mereka diikat dengan ritualadat dimana didalamnya terdapat pantangan dan larangan bagi para nelayan yang mana bila dilanggar akan mendatangkan mala petaka bagi si nelayan.



Pasang Rumpon

Disaksikan Cendana News, sejak pukul 09.30 wita sekitar 40 kapal nelayan Pole and Line berbobot mati 30 dan 40 ton ditambah puluhan perahu motor tradisonal  sudah bersiap di depan perairan pulau Kambing, pulau karang berpasir putih tanpa penghuni sepanjang kurang lebih 500 meter yang berada sekitar 3 kilometer arah timur pulau Pemana.Kapal nelayan yang dipenuhi masyarakat ini menjemput rombongan wakil bupati yang menggunakan kapal patrolik milik Lanal Maumere.

Setelah sampai di dekat pulau Kambing, kapal Lanal Maumere disertai sebuah kapal motor yang mengangkut perlengkapan ritual dan perwakilan nelayan bertolak ke arah utara pulau Kambing sejauh kurang lebih 10 kilometer. Seekor kambing hitam berukuran besar disembelih di atas kapal oleh Haji Yunus. Sebelumnya dilakukan pembacaan doa dan kepala kambing pun dibuang ke laut. Di saat bersamaan ister Haji Yunus melafalkan doa seraya menghamburkan beras ke tengah laut berulang kali. Sebuah Rumpon juga ikut dilepas.

Menurut Haji Boy,SP seorang  tokoh pemuda Pemana yang memandu ritual, selain menggelar ritual adat, para nelayan juga memasang beberapa Rumpon agar ikan – ikan bisa berkumpul di sekitarnya. Rumpon yang diatasnya diikat daun – daun kelapa ini sebut Boy menjadi tempat berkumpulnya plankton dan ikan – ikan kecil. Plankton dan ikan – ikan kecil ini merupakan makanan ikan – ikan besar sehingga secara otomatis ikan – ikan besar akan datang menghampiri dan berkumpul di sekitar Rumpon.

Ritual adat ini ditutup dengan melarungkan 7 perahu mainan berukuran panjang sekitar 1,5 sampai 2 meter dengan lebar 50 sampai 70 senti meter. Di dalam perahu tersebut di letakan sesajen berupa makanan, minuman dan rokok. Perahu layar ini pun dibuat menyerupai perahu nelayan warisan nenek moyang orang Pemana dan dibuat  memakai bahan gabus dan bambu.Juga di atasnya diletakan boneka dan orang – orangan yang didandani layaknya manusia. 

“ Ada 7 perahu dibuat dimana satu perahu mewakili 10 kapal penangkap ikan. Jadi di Pemana ada sekitar 70 kapal penagkap ikan, “ ungkap Haji Boy.



Sebelum di larung ke laut, setiap kelompok nelayan diminta berada di sekitar perahunya masing – masing. Kembali Yunus beserta isterinya bersimpuh di dekat perahu melafalkan doa.Satu per satu perahu pun di angkat perwakilan kelompok nelayan dan di lepas ke laut. Anak – anak nelayan berenang mendorong perahu hingga jerak sekitar 100 meter dari  bibir pantai. Satu persatu perahu yang dilarungkan terlihat mulai terbawa angin dan arus ketengah laut di sertai teriakan syukur masyarakat nelayan Pemana yang berderet di pinggir pantai.

Usai santap bersama, dilakukan berbagai acara seperti lomba perahu hias, lomba kuliner lokal, tarian daerah serta diserahkan bantuan perahu penangkap ikan dan alat tangkap dari dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Sikka. Juga diluncurkan peta laut dan potensi kekayaan laut kabupaten Sikka. Hampir semua penduduk pulau Pemana menghadiri rangkaian ritual ini dengan menumpang kapal – kapal nelayan dengan membawa makanan dan minuman. Di areal pasir putih pulau Kambing dipasang tenda – tenda dari terpal sebagai tempat berteduh.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 339

Latest Images

Trending Articles