
MAUMERE – Melihat permintaan pasar yang cukup menjanjikan, Kelompok Wanita Tani dan Nelayan ( KWTM ) Kembang Baru di Nangahure Bukit kelurahan Wuring kecamatan Alok Barat yang terbentuk sejak tanggal 11 mei 1999 mulai mengembangkan produk minyak kelapa dan abon ikan tuna.Kelompok yang awal terbentuk terdiri dari 15 orang anggota ini kini sudah berjumlah 31 orang.
Agnes Wangi ketua kelompok sata dtemui Cendana News, Sabtu ( 26/12/2015 ) mengatakan, dirinya berpikir dari segi ekonomi sebagai ibu rumah tangga penghasilan suami tidak cukup memenuhi kebutuhan keluarga sehingga pihaknya membentuk kelompok.
Awalnya sebut Agnes, kelompok Kembang Baru hanya membentuk arisan dan kerja kelompok menggarap lahan kebun masyarakat sekitar.Dalam perjalan sambungnya, sejak thun 2003 atas dorongan suami Yosep Dala yang bekeja sebagai penyuluh pertanian. Sang suami mengatakan, kalau aktifitasnya hanya itu maka kami kelompok ini tidak maju;
“ Kami pun sepakat dan sejak tahun 2003 mulai melakukan usaha pengolahan ikan tuna, kacang tanah,kacang mente dan minyak kelapa sehingga kami mulai produksi memakai modal dari kelompok “ ujar Agnes.
Untuk produk kacang tanah dan minyak kelapa sebut Agnes sementara masih dijual untuk memenuhi permintaaan pasar di kabupaten Sikka sementara kalau abon,dendeng dan nugget ikan Tuna sudah dikirim ke kupang, Surabaya,Jakartadan Yogyakarta.Untuk keluar daerah papar Agnes biasanya pengiriman rutin dilakukan 3 bulan sekali sebanyak masing - masing 50 kilogram ukuran 250 gram.
“ kami kirim produk yang sudah dikemas biar pembeli mengetahui produk itu berasal dari daerah kami, kalau belum dikemas bisa saja nanti diberi kemasan oleh pembeli “ ungkapnya.
Untuk kacang mente pun beber Agnes pihaknya sering mendapat pesanan dari berbagai daerah di pulau Jawa khususnya menjelang hari raya Idul Fitri,Imlek, Natal dan Tahun Baru.Untuk bahan baku sambungnya, pihaknya tidak mengalami kesulitan.Ikan tuna kata Agnes diperolehnya dari nelayan dan sudah menjadi langganan sehingga bila ada tangkapan maka dirinya selalu ditelepon. Begitupun juga dengan kacang mente,kelapa dan kacang tanah bahan bakunya melimpah.
“ Kalau ikan tergantung hasil tangkapan nelayan, kalau banyak kami buat abonnya banyak sehingga ada stock. Kami sudah punya langganan nelayan sehingga kalau ada ikan mereka telepon dan kami ambil “ tuturnya.
Minyak kelapa produksi kelompoknya sebut Agnes memang dijual lebih mahal karena sebuah kelapa kulit dibelinya seharga 1.500 rupiah.Tapi meski mahal tetap saja habis terjual sebab sudah banyak masyarakat yang kembali mengkonsumsi minyak goreng tersebut karena lebih sehat. Tiga hari sekali mereka proses 25 liter dan tidak sampai 2 minggu sudah laku. Yang lebih banyak laku terjual papar Agnes yakni minyak goreng ukuran 250 gram dan 500 gram dibanding ukuran 1 liter karena harganya terjangkau.
“ Kami produksi 3 hari sekali, kelapa 300 buah jadinya 500 sachet ukuran 250 gram dan kami jual 3 riu ruoiah. Kalau ukuran 500 gram kami jual 5 ribu sementara satu liter harganya 10 ribu rupiah “ jelas Agnes.
Kelompok Kembang baru sudah meraih berbagai penghargaan lomba yakni juara dua pengolahan hasil laut tingkat nasional tahun 2010, juara satu UKM pengolahan hasil laut terbaik dari DKP Propinsi NTT, juara II pengolahan pangan lokal BKP propinsi NTT tahun 2009.Pihaknya menjadi juara dua ungkap Agnes,karena belum mencantumkan produk halal karena masih dalam proses pengurusan.Selain itu rumah pengolahan kelompok ini masih sederhana.
“ Saya ada minta 10 produk kami untuk disertfikasi dan mendapat produk halal dan juga sertifikat BPOM.Kami juga sudah membuat proposal dan dijanjikan pemerintah kabupaten Sikka tahun 2016 mendapat bantuan untuk pembangunan rumah pengolahan permanen “ pungkasnya.