Quantcast
Channel: EBED DE ROSARY
Viewing all articles
Browse latest Browse all 339

Kisah Penjual Jagung Tite: Berjualan di Emperan Toko Sekedar Untuk Makan

$
0
0
 
Berkunjung ke Flores Timur tak lengkap bila tidak mencicipi Jagung Tite. Jagung Tite merupakan jagung bulat yang disangrai di tembikar atau wajan dan digepengkan dengan cara ditumbuk atau dipukul memakai batu bulat rata di bagian bawah pada alas batu yang permukaannya datar. Jagung setengah matang di tembikar atau periuk tanah tersebut diambil beberapa biji dan ditumbuk. Selama proses penggepengan, jagung tetap berada di tembikar yang diletakan di atas tungku api. Prosesnya yang susah membuat tidak semua orang bisa melakukan pengerjaan yang membutuhkan kecepatan tangan untuk mengambil jagung dan menggepengkannya. Oleh – oleh khas Flores Timur ini dengan mudah dijumpai di setiap pasar tradisional atau areal pertokoan di kota Larantuka.

Buat Oleh - Oleh

Menjual Jagung Tite merupakan profesi yang dilakukan Kalsum Burhan bersama beberapa temannya yang mangkal di emperan pertokoan di kota Larantuka. “ Saya menjual Jagung Tite sejak tahun 1985 “ ujarnya ketika ditemui floresbangkit.com di tempat jualannya, Selasa (12/11/2013).Selain berjualan tetap di emperan toko, wanita 60 tahun asal desa Kawuta, Solor Timur dan dua teman wanita sekampung dan seumuran tersebut, juga berjualan di pasar inpres di kelurahan Pohon Bao kota Larantuka.” Kalau tidak laku, kami suruh anak – anak gadis jual keliling kampung (lelong) biar ada yang beli “ tambah ibu dua anak ini. Dalam sehari berjualan di emperan toko, mereka bisa mendapatkan uang 50 ribu hingga 100 ribu. Membludaknya pembeli terjadi ketika ada kapal penumpang milik PT.Pelni yang merapat di dermaga Larantuka. “ Bisa laku sampai 200 ribu rupiah. Biasanya orang beli buat oleh – oleh bagi saudara di tanah rantau “ beber Fatima, rekan sekampung yang setia berjualan bersamanya. Jagung tite yang dijual dibeli di desanya yang ditempuh 1,5 jam perjalanan memakai kapal laut tradisional. Seminggu sekali mereka kembali ke desanya dan setiap orang membeli 2 karung jagung tite ukuran 25 kilogram. “ Satu karung kami beli dengan harga 150 ribu rupiah “ sebut Sandia Yusuf.. Satu kumpul ( baskom ) ukuran kecil dijual Kalsum dan rekannya seharga 10 ribu rupiah, sedangkan ukuran besar dihargai 20 ribu rupiah.

Belum Ada Yang Beli

Jam 07 pagi, Kalsum berserta kedua temannya sudah stand by berjualan di pelataran toko sampai malam pukul 19.30 wita. Terkadang mereka tidur di tempat tersebut ketika ada kapal penumpang milik PT.Pelni yang merapat. Selepas berjualan, mereka kembali ke kediaman di kelurahan Postoh dengan berjalan kaki sejauh ± 400 meter. “ Kami tinggal di rumah keluarga besar saya. Kami kasih uang sedikit buat bayar listrik dan air “ tutur Kalsum. Kepahitan dalam berusaha dirasakan juga oleh mereka. Di bulan November ini, belum ada seorangpun yang membeli dagangan mereka. “ Bila tidak ada yang beli kami makan jagung tite karena tidak ada uang beli nasi bungkus “ ucapnya lirih. Efek ekonomi yang timbul dari dihentikannya pembayaran bunga 10 persen bagi penabung di lembaga kredit financial ( LKF Mitra Tiara ) sejak awal Oktober 2013 (baca beritanya di floresbangkit.com) berdampak terhadap melemahnya daya beli masyarakat Flores Timur. “ Kalau masyarakat ada uang pasti mereka beli. Sebelumnya dalam sehari selalu ada yang beli. Kami berharap agar situasi seperti ini bisa cepat berakhir “ tutur Kalsum.
Bagi Kalsum Burhan, Fatima dan Sandia Yusuf, berjualan jagung tite tetap dilakoni. Mereka coba mensiasati dengan berjualan rokok secara eceran dan sirih pinang. “ Berdoa saja supaya krisis ini cepat selesai. Bapak juga bantu berdoa ya supaya jagung tite bisa laku “ ucapnya penuh harap.

Penulis : Ebed de Rosary


wartawan media Flores Bangkit - www.floresbangkit.com Blogg : ebedallan.blogspot.com

Viewing all articles
Browse latest Browse all 339

Latest Images

Trending Articles