
Pengungsi Rokatenda yang menempati lokasi pengungsian di kantor bupati sikka lama di Jl.achmad yani, Maumere sudah banyak yang mulai menenun. Akhir Agustus 2013 ketika memantau lokasi pengungsian, FBC menemukan 15 orang saja yang menenun. Pantauan Floresbangkit.com di lokasi pengungsian Selasa (17/09/2013) terlihat sekitar 100 orang pengungsi melakukan aktifitas menenun. Terlihat beberapa orang lelaki sedang mengerjakan alat tenun dari balok kayu kelapa yang disiapkan di lokasi pengungsian.
Wanita 75 Tahun Menenun
Bukan cuma kaum ibu yang menenun, beberapa ank muda juga terlihat menenun. Sudah seminggu ini pengungsi mulai menenun semenjak masa tanggap darurat berakhir. Diantara banyaknya penenun terdapat seorang wanita lanjut usia. Monika Meting, wanita pengungsi asal dusun Koa desa Rokirole berumur 75 tahun ini terlihat tekun menenun. Duduk berjejer bersama tiga wanita lainnya, Monika seakan tak mau berpangku tangan di lokasi pengungsian. “ Kami orang Palue biasa bekerja, jadi kalau duduk – duduk saja kami jadi bosan “ ujar monika. Menuurut Monika, menenun sudah menjadi kegiatan rutin harian warga Palue di sela – sela aktifitas mengurus rumah tangga. “ Kami orang Palue, biar tua juga masih kuat kerja “ sebut Monika. Sudah tiga hari Monika menenun,selembar sarung mendekati rampung. “ Kalau sudah jadi saya mau jual. Kalau bapak mau beli, boleh saja.Satu lembar harganya 300 ribu “ beber Monika sambil menawarkan FBC untuk membelinya.
Bila Dikasih Benang
Pengungsi lainnya ketika ditanya FBC kenapa tidak menenun mengatakan bahwa mereka belum dikasih bantuan benang. “ Kemarin dikasih cuma kami belum kebagian “ ujar Yuli Pali. Pengungsi asal desa Rokirole ini sangat mengharapkan bantuan benang dan obat pewarna dari pemerintah atau lembaga lainnya biar mereka bisa menenun. “ Hasil tenunan kami bisa jual atau dipakai sendiri “ tambah Yuli diamini pengungsi lainnya.(Ebed)
Ebed de Rosary : wartawan media online floresbangkit.com
Blogg : derosaryebed.blogspot.com dan ebedallanderosary.blogspot.com