Quantcast
Channel: EBED DE ROSARY
Viewing all 339 articles
Browse latest View live

Pasar di Maumere Secepat Mungkin Dibenahi

$
0
0

Pasar di kabupaten Sikka bagi kebanyakan pembeli terlihat kumuh dan semrawut. Pasar Geliting, sebelum pedagang dipindahkan ke pasar Wairkoja, bertahun – tahun dibiarkan tak terawat dan kumuh. Pedagang menggelar dagangan di badan jalan. Sampah ditumpuk dipinggir jalan. Keluhan pengguna jalan yang selalu mengalami kemacetan terjawab ketika ada pergantian Bupati. Sebulan setelah bertugas, Juli 2013 pedagang pasar Geliting ditertibkan dan dipindahklan ke pasar Wairkoja. Pembenahan dan penataan pasar terus dilakukan.

Ada Kekuatan Hukum

Kepala dinas perindustrian dan perdagangan kabupaten Sikka, Drs.Kensius Didimus yang ditemui di kantornya, Jl. El Tari, Maumere, Sabtu (21/09/2013) mengatakan bahwa penataan pasar sedang digalakkan beberapa bulan terakhir ini. “ Sudah tiga bulan lebih dalam seminggu lima hari saya berkantor pasar agar bisa melihat secara dekat dan mendata segala kekurangan. Saya juga ingin melihat sejauh mana aktifitas dan kerja para petugas kami agar bisa mengambil kebijakan dan langkah perbaikan “ ujar Kensius. Ketika ditemui FBC di kantornya, Kadis Kensius didampingi oleh kepala pasar alok, Carlo DS Bunganaen dan kepala  pasar Maumere ( pasar Tingkat ), Bay Langko. Menurut Kensius, Dipendag melakukan pembenahan administrasi dengan membuat kontrak kerja dengan para pedagang yang mengontrak los atau kios. Dengan begitu, sebut Kensius, ada kekuatan hukum bagi pedagang. Hak dan kewajiban dua pihak diatur.” Pedagang diberikan motivasi dan merasa tidak takut atau tertekan dalam berjualan “ beber Didimus. Selain itu, setiap bangunan baru menurut Kensius diwajibkan mengajukan permohonan penggunaan lahan  dan harus mendapat ijin dari pengelola. Mariati pedagang perlengkapan rumah tangga yang ditemui FBC di Pasar Tingkat Maumere, Selasa (01/10/2013) mengatakan; pedagang membayar setiap bulan bagi yang mempunyai los dan kios. “ Ada suratnya  juga, kami kalau bayar juga dikasih kwitansi “ ujarnya. Pedagang sayur dan hasil kebun yang ditemui mengatakan mereka dipungut uang sebesar seribu rupiah sehari. Dikatakan Kadis, pedagang besar (grosir) dilarang menjual barang secara eceran karena akan mematikan pedagang eceran.

Sampah Berserakan

 Niko seorang pedagang sayur dan bumbu masak di sisi timur pasar   menuturkan ; mereka dikasih tempat dan bayar retribusi. Pedagang  sayur yang lainnya meminta supaya sampah yang memenuhi tempat sampah diangkat setiap hari pagi dan soreh hari.“ Sampah ini diangkut tiga hari sekali sehingga penuh dan berserakan di jalan“  komplain Niko. Ditambahkan Niko, tukang ojek suka suruh bakar saja tapi pedagang melarangnya. Ketika ditemui FBC, Niko sedang menyapu sampah yang berserakan di sekitar tempat sampah. “ Kami ini pedagang sayur,kalau lokasi sekitar kotor pedagang tidak akan mampir “ kata Niko. Dua tempat sampah di sisi timur Pasar Tingkat penuh dengan sampah sehingga membuat sampah berserakan dan beterbangan tertiup angin kencang. Hampir setiap pasar besar di kota Maumere terdapat penjual sayur mayur dan hasil kebun seperti singkong, cabe, sirih pinang dan lainnya yang menggelar dagangan dalam jumlah kecil. Mereka menitip pesan agar pemerintah bisa menata pasar , memperhatikan nasib mereka  dan membenahi kebersihan pasar. ( Ebed )

Ebed de Rosary : wartawan media online   floresbangkit.com

Angin Kencang, Pengendara Dihimbau Berhati – Hati

$
0
0

Beberapa minggu terakhir wilayah kabupaten Sikka dilanda angin kencang. Hampir di setiap hari baik siang maupun malam hari angin kencang selalu berhembus. Tiupan angin kencang tersebut sangat berpengaruh terhadap kecepatan pacu kendaraan roda dua. Pengemudi harus memperlambat kendaraan bila tak ingin terjatuh. Banyaknya pohon di sepanjang jalan juga mengancam pengendara akibat dahannya yang mudah patah.

Masyarakat Diminta Waspada

Pande Putu, pegawai kantor Stasiun Metereologi Kelas III Waioti, Maumere yang ditemui Floresbangkit.com di kantornya di Jl. Angkasa yang berada dalam komplek bandara Frans Seda, Sabtu, (21/09/2013) menuturkan bahwa angin yang melanda kota Maumere dan wilayah kabupaten Sikka bertiup dari barat daya  dengan kecepatan berkisar antar 5 hingga 10 Knot ( knot = 2 kali kilometer per jam). “ Siang hari kecepatan angin antara 7 sampai 10 knot perjam “ ujar Pande. Menurut Pande, kecepatan angin masih berada dalam status waspada. Bila kecepatan berada diatas 10 knot, menurut Pande, akan berpengaruh terhadap tinggi gelombang sedangkan 20 knot bisa mengganggu  penerbangan. Tinggi gelombang laut rata – rata mencapai 0,5 meter di wilayah pesisir dan tengah laut 0,75 hingga 1,25 meter. “ Masih belum berpengaruh terhadap pelayaran “ sebut Pande. Dikatakan Pande, bila tinggi gelombang mencapai 1,5 hingga 2 meter akan berpengaruh bagi nelayan yang melaut menggunakan perahu atau kapal ukuran kecil. Untuk kapal feri dan kapal sejenis lainnya pelayarannya terganggu ketika tinggi gelombang mencapai 2 hingga 3,5 meter.

Memberi Informasi

Kantor metereologi di Maumere hanya memantau kecepatan angin saja (Metereologi ) , tapi bila masayarakat membutuhkan data tentang iklim dan cuaca  ( Klimatologi dan Geofisika) dan gempa akan dilayani juga, sebut Pande. “ Kami akan telepon ke kantor di Kupang dan menanyakan data yang diminta “ beber Pande. Untuk wilayah propinsi NTT, cuma di Kupang saja yang lengkap peralatannya untuk memantau. Informasi metereologi rutin diberikan kepada ATC ( Air Trafic Control ) di bandara Frans Seda setiap jam. Selain itu, kami akan berikan juga data lainnya kepada ASDP, SAR, BNPB, kepolisian maupun kantor Bupati. “ Kami sampaikan melalui sms kepada pihak yang membutuhkan terlebih terkait dengan gempa yang berpotensi terjadinya tsunami “ kata Pande. ( Ebed )

Ebed de Rosary : wartawan media online   floresbangkit.com

Pemutaran Musik di Sikka Melanggar Perda

$
0
0

Suara keras yang keluar dari alat pemutar musik seakan menjadi hal biasa di kabupaten Sikka. Suara musik memekakan telinga, diputar warga setiap saat tak kenal waktu. Pagi jam 6 alunan musik membuka pagi. Siang hari suara musik terus berkumandang. Soreh,malam bahkan hingga dinihari yang menjadi waktu beristirahat masyarakat, volume musik tetap stabil menggetarkan rumah warga sekitar.

Tak Bisa Tidur

Warga kelurahan Waioti mengeluhkan hal ini ketika FBC menanyakannya. “ Kami tak bisa tenang tidur. Kasihan kalau ada tetangga yang sakit atau mempunyai balita. Mereka seakan tidak perduli. Aparat pemerintah juga seakan lepas tangan “ tutur seorang ibu warga Waioti. Ketua DPRD kabupaten Sikka, Rafael Raga,SP yang ditemui FBC di kantor DPRD Sikka, Senin (07/10/2013) juga mengeluhkan hal yang sama. “ Saya dua hari ini tak bisa tidur nyenyak. Ada hajatan di tetangga saya membuat mereka memutar musik hingga subuh padahal sudah tidak ada yang berjoget lagi “ ujar Rafael. Hal yang sama juga dikeluhkan Kabag Humas Pemda Sikka, Markus Welung,BA yang ditemui di kantornya di hari yang sama. “ Saya bawa fotocopy Perda buat ditunjukan kepada tetangga saya seorang mahasiswa yang orangtuanya mengalami gangguan jiwa dan dia suka putar musik keras “ sebut Markus.
Ketua DPRD Sikka, Rafael Raga, SP
Kurang Sosialisasi

Pemerintah kabupaten Sikka sudah mengeluarkan Perda No.10  Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum Dalam Wilayah Kabupaten Sikka. Pada pasal 21 menyebutkan ; setiap orang dilarang membuat gaduh/keributan, menghidupkan alat musik dan atau alat lain sejenisnya yang dapat mengganggu ketentraman dan ketertiban orang lain di lingkungan sekitar tempat tinggal kecuali menghidupkan alat musik pada saat pesta yang telah mendapat izin keramaian. Informasi yang didapat, dtahun 2008 pemda menggandeng pihak gereja dan kepolisisan dan melakukan sosialisasi. Kini, sudah tidak dilakukan sosialisasi lagi dan masyarakat kembali lagi pada kebiasaan lamanya. Rafael meminta Pemda agar melakukan sosialisasi dan penegakan aturan ini. Kurangnya aparat Satpol PP menjadikan Pemda tak bisa berbuat banyak. Tapi bila dibiarkan terus menerus dan tidak diambil langkah tegas, maka Perda Ketertiban Umum cuma sekedar pajangan, dan ketertiban umum di kabupaten Sikka bak pepatah, jauh panggang dari api. ( Ebed )

Ebed de Rosary : wartawan media online   floresbangkit.com


Kadis Perindag Berkantor di Pasar, Pendapatan Meningkat

$
0
0
Ada yang berbeda ketika bertemu dengan kepala dinas perindustrian dan perdagangan kabupaten Sikka,Drs.Kensius Didimus.Ketika disambangi ke kantornya, floresbangkit.com di suruh menemuinya di pasar tingkat Maumere.” Mulai akhir Juli saya berkantor di pasar “ ujar Kensius.Sejak bulan Juli tahun 2013 setiap hari Selasa sampai Jumat berkantor di pasar. Selasa berkantor di pasar Alok,Rabu Kadis berkantor di pasar tingkat Maumere,hari kamis dan Jumat berkantor di pasar Wairkoja.” Hari Senin dan Sabtu baru saya ada di kantor “ tambah Didimus. Kadis Kensius mengatakan,kegiatan ini dilakukan untuk meninhgkatkan penerimaan PAD (pendapatan asli daerah ) dan melihat dari dekat sejauh mana partisipasi pengelolaan pasar dan tanggung jawab petugas.
Setelah berkantor di pasar,kata Kadis Kensius,ditemukan dua hal yang perlu dibenahi yaitu  pembenahan administrasi dan pembinaan petugas pengelola.” Setelah dua bulan melakukan pembenahan,sudah ada peningkatan penerimaan “ beber Didimus.Tahun 2012,dari target 2 miliar lebih Cuma tercapai 53 persen saja. Tahun ini,sejak januari hingga Juli,dengan target yang sama pencapaiannya sudah 51 persen ( 51 % ). “ Kami optimis,taget yang diberikan bisa terlampaui “ kata Kensius.
Pembenahan yang dilakukan,sebut Kadis kensius   dengan melakukan penataan,pembinaan dan pengawasan pasar. “ Mendata segala potensi yang ada di 13 pasaryang ada sehingga penetapan target sesuai potensi pasar tersebut “ tegas Kensius. Pasar tingkat Maumere contohnya, menurut Kadis Didimus,setelah dilakukan pendataan kondisi riil pemasukannya Cuma 674 juta ,lebih rendah  dari target 774 juta.” Tahun anggaran baru akan dibenahi lagi sesuai potensi  penerimaan yang ada “ sebut Kensius.
Banyak kendala yang dihadapi,tutur  Kensius  dan terus dilakukan pembenahan.Dari pihak pengelola  pasar; sumber daya manusia (SDM) masih rendah,perlu diberikan diklat (pendidikan dan pelatihan ) khusus.Para pengguna juga SDM nya rendah,untuk itu sebut Didimus,diberikan sentuhan dengan melakukan  pendekatan dan komunikasi.selain itu,tambah Diidimus,fasilitas penunjang. “ Kita tidak bisa membedakan petugas keamanan dan pengguna karena petugas tidak berseragam “ beber Kensius.

Selain melakukan pembenahan ke luar,pembenahan ke dalam juga dilakukan.Kendala yang dihadapi di Disperindag adalah kurangnya pegawai.Diharapkan di masing – masing bidang harus ada  kepala seksi dan staffnya. “ Minimal satu seksi ditambah  dua pegawai “ tegas kensius.Yang paling potensial kita forsirkan tenaga ke pasar.Pegawai di pasar juga masih kurang,sementara ,menurut Kensius cuma ada dua PNS saja dan masih kurang dua orang.Selain itu,tambah Kadis,fasilitas penunjang juga masih kurang seperti alat alat kebersihan.” Kita harapkan ada mobil yang roda tiga sehingga bisa angkut dan buang ke tempat pembuangan sampah.Kami bisa kelola sendiri bisa dikasih mobil sampah  “ kata Kensius. ( Ebed )

Ebed de Rosary : wartawan media online   floresbangkit.com

Kadis Perindag ; “ Biar Masyarakat Ikuti Perkembangan “

$
0
0
Dinas perindustrian dan perdagangan diminta untuk selalu memantau perkembangan harga komoditi sehingga tidak dipermainkan oleh pedagang.Hal ini ditegaskan oleh beberapa petani yang ditemui di Magepanda.” Harga mente masih murah,kami jual 8 ribu sekilo.Hasil juga menurun jauh membuat kami tidak dapat untung “ sebut Hendrik. Pemerintah  juga dituntut untuk serius memperhatikan dan memantau harga komoditi pertanian dan perkebunan. “ Pemerintah harus pantau terus harga dan memberitakannya biar masyarakat jadi tahu “ harap Ibu Maria,warga kecamatan Alok Timur yang ditemui di rumahnya
Kepala dinas perindustrian dan perdagangan kabupaten Sikka,Drs.Kensius Didimus yang ditemui Flores Bangkit  Rabu ( 21/08/2013) di pasar Tingkat Maumere,menjelaskan,setiap hari dinas perindustrian dan perdagangan melakukan pantauan harga dan seminggu sekali kami terbitkan dan berikan kepada RPD (radio pemerintah daerah ) untuk diberitakan kepada masyarakat. “ Biar masyarakat bisa ikuti perkembangan harga “ ujar Kensius.
Dalam kaitan dengan harga pasar ini,tambah Kadis Kensius,selalu fluktuasi. Pedagang besar mengikuti harga di Surabaya. “ Jadi kalau disana harga naik,disini juga naik.Tetapi kenaikan tidak ikut lurus – lurus disana,pasti mereka tekan sedikit “ sebut Didimus.Kadis menjelaskan,kalau dulu ada team negosiasi harga tetapi program kegiatan tersebut sudah tidak dianggarkan lagi dalam dokumen pelaksanaan anggaran.” Mudah –mudahan di tahun 2014 dengan memakai sistem jaringan dan akses langsung,kita bisa ikuti perkembangan harga setiap saat .Sekarang masih dipantau secara manual “ tambah Didimus.

Pemerintah daerah kabupaten Sikka  berencana agar produk unggulan seperti kelapa, mente, rumput laut dan kakao bisa jadi produk prioritas. “ Diolah sehingga bisa jadi produk berbahan jadi “ sebut Kensius.Kadis mencontohkan mente,disperindag sudah ada kelompok binaan dan akan diberikan alat pengupas kulit sehingga harga jual bisa lebih mahal. Bila harga komoditi meningkat maka kesejahteraan petani juga dengan sendirinya meningkat. ( Ebed )

Ebed de Rosary : wartawan media online   floresbangkit.com

Kisah Penjual Jagung Tite: Berjualan di Emperan Toko Sekedar Untuk Makan

$
0
0
 
Berkunjung ke Flores Timur tak lengkap bila tidak mencicipi Jagung Tite. Jagung Tite merupakan jagung bulat yang disangrai di tembikar atau wajan dan digepengkan dengan cara ditumbuk atau dipukul memakai batu bulat rata di bagian bawah pada alas batu yang permukaannya datar. Jagung setengah matang di tembikar atau periuk tanah tersebut diambil beberapa biji dan ditumbuk. Selama proses penggepengan, jagung tetap berada di tembikar yang diletakan di atas tungku api. Prosesnya yang susah membuat tidak semua orang bisa melakukan pengerjaan yang membutuhkan kecepatan tangan untuk mengambil jagung dan menggepengkannya. Oleh – oleh khas Flores Timur ini dengan mudah dijumpai di setiap pasar tradisional atau areal pertokoan di kota Larantuka.

Buat Oleh - Oleh

Menjual Jagung Tite merupakan profesi yang dilakukan Kalsum Burhan bersama beberapa temannya yang mangkal di emperan pertokoan di kota Larantuka. “ Saya menjual Jagung Tite sejak tahun 1985 “ ujarnya ketika ditemui floresbangkit.com di tempat jualannya, Selasa (12/11/2013).Selain berjualan tetap di emperan toko, wanita 60 tahun asal desa Kawuta, Solor Timur dan dua teman wanita sekampung dan seumuran tersebut, juga berjualan di pasar inpres di kelurahan Pohon Bao kota Larantuka.” Kalau tidak laku, kami suruh anak – anak gadis jual keliling kampung (lelong) biar ada yang beli “ tambah ibu dua anak ini. Dalam sehari berjualan di emperan toko, mereka bisa mendapatkan uang 50 ribu hingga 100 ribu. Membludaknya pembeli terjadi ketika ada kapal penumpang milik PT.Pelni yang merapat di dermaga Larantuka. “ Bisa laku sampai 200 ribu rupiah. Biasanya orang beli buat oleh – oleh bagi saudara di tanah rantau “ beber Fatima, rekan sekampung yang setia berjualan bersamanya. Jagung tite yang dijual dibeli di desanya yang ditempuh 1,5 jam perjalanan memakai kapal laut tradisional. Seminggu sekali mereka kembali ke desanya dan setiap orang membeli 2 karung jagung tite ukuran 25 kilogram. “ Satu karung kami beli dengan harga 150 ribu rupiah “ sebut Sandia Yusuf.. Satu kumpul ( baskom ) ukuran kecil dijual Kalsum dan rekannya seharga 10 ribu rupiah, sedangkan ukuran besar dihargai 20 ribu rupiah.

Belum Ada Yang Beli

Jam 07 pagi, Kalsum berserta kedua temannya sudah stand by berjualan di pelataran toko sampai malam pukul 19.30 wita. Terkadang mereka tidur di tempat tersebut ketika ada kapal penumpang milik PT.Pelni yang merapat. Selepas berjualan, mereka kembali ke kediaman di kelurahan Postoh dengan berjalan kaki sejauh ± 400 meter. “ Kami tinggal di rumah keluarga besar saya. Kami kasih uang sedikit buat bayar listrik dan air “ tutur Kalsum. Kepahitan dalam berusaha dirasakan juga oleh mereka. Di bulan November ini, belum ada seorangpun yang membeli dagangan mereka. “ Bila tidak ada yang beli kami makan jagung tite karena tidak ada uang beli nasi bungkus “ ucapnya lirih. Efek ekonomi yang timbul dari dihentikannya pembayaran bunga 10 persen bagi penabung di lembaga kredit financial ( LKF Mitra Tiara ) sejak awal Oktober 2013 (baca beritanya di floresbangkit.com) berdampak terhadap melemahnya daya beli masyarakat Flores Timur. “ Kalau masyarakat ada uang pasti mereka beli. Sebelumnya dalam sehari selalu ada yang beli. Kami berharap agar situasi seperti ini bisa cepat berakhir “ tutur Kalsum.
Bagi Kalsum Burhan, Fatima dan Sandia Yusuf, berjualan jagung tite tetap dilakoni. Mereka coba mensiasati dengan berjualan rokok secara eceran dan sirih pinang. “ Berdoa saja supaya krisis ini cepat selesai. Bapak juga bantu berdoa ya supaya jagung tite bisa laku “ ucapnya penuh harap.

Penulis : Ebed de Rosary


wartawan media Flores Bangkit - www.floresbangkit.com Blogg : ebedallan.blogspot.com

100 Orang Pengungsi Menenun di Lokasi Pengungsian

$
0
0
 
Pengungsi Rokatenda yang menempati lokasi pengungsian di kantor bupati sikka lama di Jl.achmad yani, Maumere sudah banyak yang mulai menenun. Akhir Agustus 2013 ketika memantau lokasi pengungsian, FBC menemukan 15 orang saja yang menenun. Pantauan Floresbangkit.com di lokasi pengungsian Selasa (17/09/2013) terlihat sekitar 100 orang pengungsi melakukan aktifitas menenun. Terlihat beberapa orang lelaki sedang mengerjakan alat tenun dari balok kayu kelapa yang disiapkan di lokasi pengungsian.

Wanita 75 Tahun Menenun
Bukan cuma kaum ibu yang menenun, beberapa ank muda juga terlihat menenun. Sudah seminggu ini pengungsi mulai menenun semenjak masa tanggap darurat berakhir. Diantara banyaknya penenun terdapat seorang wanita lanjut usia. Monika Meting, wanita pengungsi asal dusun Koa desa Rokirole berumur 75 tahun ini terlihat tekun menenun. Duduk berjejer bersama tiga wanita lainnya, Monika seakan tak mau berpangku tangan di lokasi pengungsian. “ Kami orang Palue biasa bekerja, jadi kalau duduk – duduk saja kami jadi bosan “ ujar monika. Menuurut Monika, menenun sudah menjadi kegiatan rutin harian warga Palue di sela – sela aktifitas mengurus rumah tangga. “ Kami orang Palue, biar tua juga masih kuat kerja “ sebut Monika. Sudah tiga hari Monika menenun,selembar sarung mendekati rampung. “ Kalau sudah jadi saya mau jual. Kalau bapak mau beli, boleh saja.Satu lembar harganya 300 ribu “ beber Monika sambil menawarkan FBC untuk membelinya.

 Bila Dikasih Benang

Pengungsi lainnya ketika ditanya FBC kenapa tidak menenun mengatakan bahwa mereka belum dikasih bantuan benang. “ Kemarin dikasih cuma kami belum kebagian “ ujar Yuli Pali. Pengungsi asal desa Rokirole ini sangat mengharapkan bantuan benang dan obat pewarna dari pemerintah atau lembaga lainnya biar mereka bisa menenun. “ Hasil tenunan kami bisa jual atau dipakai sendiri “ tambah Yuli diamini pengungsi lainnya.(Ebed)


 Ebed de Rosary : wartawan media online   floresbangkit.com
Blogg : derosaryebed.blogspot.com  dan  ebedallanderosary.blogspot.com

Patrik : “ Merasa Sukses Bila Bisa Membantu Orang Lain “

$
0
0
 
Perawakannya tinggi. Postur tubuh kekar dengan kulit kehitaman terbakar matahari. Patrik, begitu pria ini biasa disapa sangat mudah ditemui di setiap kegiatan sosial yang terkait dengan bantuan kepada korban bencana alam di kabupaten Sikka. Pria bernama lengkap Patrik Padeng asal Nita, kabupaten Sikka ini, sejak tahun 2010 bergabung dengan team relawan membantu para korban bencana alam.

Aktif Menjadi Relawan

Meletusnya gunung api Rokatenda menjadikan Patrik terpanggil untuk menjadi anggota team relawan. “ Saya terpaksa berhenti kerja karena perusahaan tidak memberikan ijin “ ujar Patrik. Mahasiswa semester akhir program studi komunikasi fakultas ilmu sosial universitas Nusa Nipa (Unipa ) Maumere ini, terjun membantu korban bencana ketika terjadi bencana angin kencang yang melanda kabupaten Sikka di tahun 2010. “ Saya ikut dalam team mendistribusikan bantuan ke desa – desa di kecamatan Mapitara, Mego, Tanawawo dan Talbura “ sebut lelaki kelahiran 21 Pebruari 1983 ini. Ketika terjadi bencana Rokatenda dia terlihat sibuk di posko pengungsian bersama 9 temannya dari mahasiswa pencinta alam universitas Nusa Nipa Maumere (Unipala). “ Masa tanggap darurat pertama kami ada 4 orang,sedangkan masa tanggap darurat kedua kami ada enam orang “ beber Patrik. Hampir sebulan tidur di lokasi pengungsian di kantor bupati Sikka lama, Maumere, kata Patrik ketika ditanya mengenai keberadaannya di lokasi pengungsian. Anak dari (Alm) Marcedius Padeng dan Rosalia Langoday ini masih menyempatkan diri ke posko pengungsi Rokatenda meski tugas team relawan telah berakhir. Ketika digelar bakti sosial pengobatan gratis bagi pengungsi Rokatenda di desa Niranusa,Ropa,Aiwora,dan Mausambi di kecamatan Maurole kabupaten Ende yang diselenggarakan Yaspem dan Floresbangkit.com,Sabtu (14/09/2013) dia terlihat aktif menghimbau pengungsi untuk berobat.


Bahagia Bisa Membantu Sesama

Selain menjadi team relawan di posko pengungsi Rokatenda, beberapa bulan sebelumnya,Patrik bersama rekan-rekannya mencari dana bagi pemngungsi Rokatenda. “ Kami ngamen di lampu-lampu merah di kota Maumere “ beber lelaki 30 tahun ini.Selain itu, pencarian dana dilakukan dengan pemutaran film di kampung – kampung memakai peralatan yang dipinjam dinas perhubungan, komunikasi dan informasi kabupaten Sikka. Konser amal di Mall Barata dan di depan Katedral Maumere juga dilakukan demi terkumpulnya dana buat disumbangkan ke pengungsi Rokatenda.Selama menjadi relawan dan membantu pengungsi Rokatenda,menurut patrik, dia tidak mengalami kendala berarti. ” Kerjasama dengan BPBD terjalin baik,mereka support. Paling masalah komunikasi saja dengan pengungsi. Ada yang complain masalah pelayanan dan bantuan “ tutur anak bungsu dari empat bersaudara ini. Semua anggota team relawan yang bertugas bergabung dalam sebuah wadah bersama yang dinamakan “ Resccue Bro “ ( singkatan dari Resccue Brother ).” Ada kenikmatan tersendiri bisa membantu orang lain. Saya merasakan kesuksesan bila bisa membantu orang lain “ sebutnya menutup pembicaraan. (Ebed)

Ebed de Rosary : wartawan media online   floresbangkit.com
Blogg : derosaryebed.blogspot.com  dan  ebedallanderosary.blogspot.com


Pengungsi Rokatenda Tinggalkan Lokasi Pengungsian

$
0
0
Pengungsi Rokatenda yang menempati lokasi pengungsian di kantor bupati Sikka lama di Jalan Achmad Yani Maumere terlihat berkurang dan banyak yang mulai meninggalkan lokasi pengungsian.Aksi pengungsi ini ada yang tercatat dan ada yang tidak tercatat di posko pengungsian. Andi Asis relawan yang ditemui Floresbangkit.com,Selasa (17/09/2013) mengatakan bahwa ada pengungsi yang keluar dari lokasi pengungsi di waktu malam dan tanpa memberitahu ke petugas.

Surat Ijin Rangkap Dua

Menurut Asis, ketua relawan SS One ( Sikka Siaga Satu ) bagi pengungsi yang melapor  di posko, mereka akan di data namanya,keperluan dan kapan waktu kembali ke posko pengungsian lagi.” Kami buatkan dua surat ijin ke luar bagi mereka yang ijin keluar lebih dari sehari. Satu dipegang pengungsi dan satunya buat ditaruh di posko sebagai bukti “ ujar Asis. Data yang tercatat di buku ijin keluar yang ditunjukan Asis kepada FBC tercatat berbagai macam alasan yang disampaikan pengungsi. Ada yang mau panen ubi dan jambu mente,ada yang mengambil surat penting dan perlengkapan menenun dan ada juga yang menjenguk orang sakit di pulau Palue. Selain itu ada yang beralasan menghadiri pesta sambut baru (komuni pertama) sebanyak 17 orang,kunjung keluarga sebanyak 10 orang dan menghadiri tahbisa imam sebanyak 10 orang.Ijin keluar yang diminta juga bervariasi, mulai dari sehari hingga tiga minggu. “ Untuk yang tiga minggu mereka mau menghadiri tahbisan imam saudaranya di Sumba “ sebut Asis. Dari jumlah pengungsi yang meminta ijin ke luar, ada yang kembali lagi ke posko pengungsian dan ada yang tidak. Tercatat 15 orang yang sudah pulang dari seratusan orang yang meminta  ijin.

Mendata Lagi

Silvanus Tibo, kordinator penanganan pengungsi Palue, yang ditemui Floresbangkit.com di kantor BPBD Sikka, Rabu (18/09/2013), pemda kabupaten Sikka dan Pemda kabupaten Ende minggu ini akan  mendata lagi jumlah pengungsi biar diketahui data yang sebenarnya. “ Semua pengungsi yang berada di dua kabupaten ini didata supaya kita dapat angka pastinya biar diambil langkah selanjutnya “ Dijelaskan Tibo,pengungsi di kantor bupati Sikka lama dari jumlah awal 1072 jiwa (272 KK) sekarang tinggal sekitar 800 orang saja. Pemerintah juga akan turun ke palue untuk mendata warga yang masih berada di zona merah. Juga dilakukan pendataan terhadap rumah yang rusak akibat letusan gunung api Rokatenda . Tibo mengatakan, Rabu (18/09/2013) dikeluarkan nota pemerintah atau instruksi bupati agar warga yang berdiam di zona merah dengan radius 3 kilometer di  tiga desa ( Rokirole,Nitunglea dan Lidi ) juga beberapa dusun di dua desa yaitu Ladolaka dan Tuanggeo agar segera dievakuasi. “ Kami akan ke Palue dan pasang tanda jalur evakuasi di dekat kali dan lembah – lembah “ sebut Tibo. (Ebed)

Ebed de Rosary : wartawan media online   floresbangkit.com
Blogg : derosaryebed.blogspot.com  dan  ebedallanderosary.blogspot.com

Pemerintah dan DPRD Harus Bertanggung Jawab

$
0
0
Pemerintah daerah Flores Timur dan DPRD harus bertanggung jawab atas tragedi yang menimpa nasabah LKF Mitra Tiara. Akibat terhentinya aktivitas penarikan bunga, penyetoran uang dan penarikan simpanan pokok sejak 1 Oktober 2012  ekses yang ditimbulkan berdampak pada hampir semua sektor. Hal ini ditegaskan Ben Bata, tokoh Flores Timur di Jakarta yang dihubungi floresbangkit.com via telepon dari Maumere, Kamis (14/11/2013). Menurut mantan kepala kantor Bea Cukai di Jakarta ini, aktifitas keuangan Flores Timur sebenarnya berputar di Mitra Tiara. “ Kalau Mitra Tiara lumpuh, dengan sendirinya aktifitas lainnya pasti lumpuh “ tegasnya.
 
Pemerintah Diam

 
Pantauan floresbangkit.com di pasar inpres Pohon Bao, Larantuka dan beberapa toko di sekitar areal pelabuhan, Selasa (12/11/2013) dan Rabu (13/11/2013)  aktifitas jual beli sangat sepi. Terlihat ikan dan sayuran yang dijual banyak yang tidak laku. “ Kami tidak jual banyak lagi, ambil sedikit saja buat jual disini soalnya setengah baskom saja sampai siang belum habis “ sebut Siti Fatima.  Hal senada juga disampaikan para penjual ikan yang ditemui Rabu (13/11/2013) pagi di TPI  Amagarapati. “  Sebelum Mitra bermasalah, kami pagi masuk kampung mereka beli, siang kami jual lagi mereka juga beli. Sekarang sudah tidak beli sama sekali “ tutur  Anton  Liwu. Dampak lainnya juga dialami anak – anak nasabah yang kuliah di luar daerah yang terancam putus sekolah.
 Ben Bata meminta pemerintah segera memanggil management Mitra Tiara. “ Pemerintah  harus panggil mereka. Harus tanya bagaimana mereka bisa menggandakan uangnya. Saya selalu omong dan yakin suatu saat dia akan lari. Niko Ladi harus segera dicari dan harus bertanggung jawab “ sebutnya. Marten Luther Petrus, pensiunan BRI Cabang Larantuka yang ditunjuk membenahi administrasi Mitra Tiara sejak 1 November 2013 ketika dihubungi via telepon Kamis (14/11/2013) mengatakan , kejadian seperti ini sudah banyak terjadi di masyarakat tetapi kenapa pemerintah diam. “ Perlu didiskusikan untuk disampaikan kepada pemerintah. Pemerintah juga harus membatasi dan mencari solusi membantu masyarakat “ katanya. Pemerintah, sebut Marten bisa mengehentikan operasionalnya, atau bagaimana selama ini mereka tidak melihat atau mengetahui. Harusnya jauh- jauh hari sudah dpantau, katanya. ( Ebed )   



Ebed de Rosary : wartawan media online Flores Bangkit www.floresbangkit.com
Blogg : derosaryebed.blogspot.com  dan  ebedallanderosary.blogspot.com

Suster Biara Roh Kudus, Hibur Pengungsi Rokatenda

$
0
0
Suster – suster biara Roh Kudus Rabu (21/08/2013) mengunjugi pengungsi Rokatenda di tempat pengungsian di kantor bupati Sikka lama yang terletak di Jalan Achmad Yani ,Maumere. Delapan anggota hadir dan menghibur pengungsi.Anak – anak pengungsi diajak bernyanyi dan berteriak riang. Terlihat anak – anak pengungsi antusias bernyanyi mengikuti syair lagu rohani yang dinyanyikan suster dengan diiringi petikan gitar dua relawan.
“ kami senang bisa nyanyi bersama “ ujar Eni, pengungsi berusia 6 tahun asal Rokirole.
Suster Elsa Ndoi dan Suster Magistra Wae yang ditemui Flores Bangkit di lokasi pengungsian mengatakan bahwa mereka merasa terpanggil untuk menghibur anak – anak pengungsi agar tidak stress dan murung. “ Kami cuma bisa bantu seadanya,semoga mereka bisa cepat kembali beraktifitas seperti sedia kala “ harap suster Elsa.
Sebelum menyantap sumbangan makanan yang disediakan suster – suster ini juga mengajak pengungsi berdoa bersama. Para aspiran ( calon suster ) terlihat sibuk membantu membagikan makanan kepada anak – anak pengungsi yang antri secara tertib.
Selain menghibur pengungsi,suster – suster dari biara Roh Kudus juga membagikan 400 nasi bungkus,roti/snack 400 buah,20 dos air mineral,20 dos minuman ale – ale, permen 20 bungkus serta, selimut, kasur lantai, rok, bantal dan sarung bantal. ( Ebed )

Ebed de Rosary : wartawan media online  Flores Bangkit, www.floresbangkit.com
Blogg : derosaryebed.blogspot.com  dan  ebedallanderosary.blogspot.com

Konflik Dua Desa, 3 Orang Meninggal dan 6 Terkena Panah

$
0
0

Situasi pasca konflik yang terjadi antara warga dua desa yakni desa Wulublolong dan desa Lohayong di kecamatan Solor Timur kabupaten Flores Timur memasuki hari ketiga sudah mulai berangsur aman. Hal ini ditegaskan Kapolres Flotim AKBP Dewa Putu Gede Artha yang disampaikan Kasubag Humas Polres Flotim,Iptu Nyoman Supartha yang ditemui floresbangkit.com di kantor Polres Flotim di kelurahan Amagarapti, Rabu,(06/11/2013). Dipapaparkan Nyoman, konflik terjadi akibat warga desa Wulublolong, Senin (04/11/2013) pukul 15.30 wita, mengambil batu di lokasi sengketa di desa Lohayong sehingga menimbulkan bentrokan. Hari Selasa (05/11/2013) bentrokan kembali terjadi siang hingga soreh hari mengakibatkan 100 rumah dibakar warga Wulublolong dibakar dan 3 orang meninggal. Selain itu, 6 orang warga desa Lohayong luka terkena panah di kaki, tangan dan dibagian dada serta 3 sepeda motor  dibakar.

Buat Blokade

Dari data yang diterima FBC dari Kasubag Humas menyebutkan 2 korban  wanita  warga desa Wulublolong meninggal karena terperangkap di dalam rumah yang dibakar dan seorang pria  ketika mencoba menyelamatkan diri dari desanya. Tiga korban yang meninggal yakni, Petronela Ola Ina Koten (80 tahun), Theresia Barek (70 tahun ) dan Yosef Sinu wotan (70 tahun ). Ketiga korban hari ini dimakamkan. Selainitu 6 orang warga Lohayong yang menderita luka yakni, Hasan (42 tahun), Yani Ilyas (47 tahun), dan Lukman.S (42 tahun). Korban lainnya, Faisal Hamid (18 tahun), Ahrahman Muhammad (18 tahun) serta Hasbin Mustafa (24 tahun).
Nyoman Supartha menjelaskan, aparat keamanan sejak Senin diturunkan ke lokasi konflik untuk mengamankan situasi. “ Aparat melakukan antisipasi dengan membuat blokade di dua desa dan perbatasan dan juga di lokasi pengungsian di dusun satu desa Wulublolong “ ujarnya. Ditambahkan Nyoman, sejak Selasa (05/11/2013) pasukan dari Polres Flotim diterjunkan 1 SSK ditambah BKO  dari Brimob Detasemen C Maumere sebanyak 40 personil. Hari ini, Rabu (06/11/2013) tambah Nyoman, juga ditambah BKO dari Brimob Detasemen B Ende sebanyak 34 personil dan 1 pleton tentara dari Kodim 1624 Flotim dibawah  pimpinan Pasi Ops. Nyoman menyebutkan, sejak kemarin Kapolres dan Wakapolres Flotim berada di lokasi konflik memimpin langsung pengamanan. “ Masyarakat sudah disuruh pulang ke desanya masing – masing. Kemarin warga Wulublolong berada di Gereja karena mayatnya disimpan di sana “ tegas Kasubag Humas.
Kapolres Flotim disampaikan Nyoman, menghimbau agar masyarakat jangan terpancing isu dan bisa menahan diri sehingga kemanan bisa terjamin. “ Semoga konflik segera berakhir  sehingga aktifitas bisa berjalan seperti sedia kala “ tambah Nyoman. ( Ebed )

Ebed de Rosary : wartawan media online  Flores Bangkit, www.floresbangkit.com
Blogg : derosaryebed.blogspot.com  dan  ebedallanderosary.blogspot.com

Antrian Panjang Kendaraan Penuhi Pom Bensin Lamawalang

$
0
0
Puluhan kendaraan roda empat berderet sepanjang jalan negara depan SPBU (stasiun pengisian bahan bakar umum) Lamawalang, Larantuka, Flores Timur. Ketika floresbangkit.com melewati jalan ini, Selasa (05/11/2013)  terlihat puluhan angkutan kota memarkir kendaraan di pinggir jalan negara arah barat sepanjang 300 meter dari areal SPBU. Vincent, seorang pengemudi angkutan kota jurusan Serinuho yang ditemui FBC di lokasi menyebutkan, antrian panjang sudah terjadi sejak seminggu ini. “ Kadang kami antri sampai 3 jam bahkan bisa sampai 5 jam untuk isi bensin “ ujarnya. Petrus koten, pengemudi lainnya pun mengeluhkan hal yang sama. “ Seminggu ini pernah antrian panjangnya sampai lima ratus meter “ tambah Petrus. Dikatakan Petrus, dalam seminggu ini panjang antrian pernah mencapai 500 meter.
SPBU Lamawalang yang berjarak 10 kilometer arah barat kota Larantuka melayani konsumen dengan 4 unit pompa untuk melayani premium dan solar masing – masing 2 unit. Selain itu, di kelurahan Pohon Bao terdapat satu SPBU dengan 4 unit pompa. Beberapa pengemudi yang ditanyai FBC di lokasi SPBU menjelaskan , antrian panjang disebabkan karena mobil pengangkut bahan bakar terlambat tiba. “ Kalau mobil tanki datang tepat waktu antrian panjang bisa berkurang karena kami langsung didistribusikan “ sebut seorang petugas SPBU. Terlihat juga beberapa mobil pick up yang dipenuhi jeriken turut antri. Selain itu, di angkutan pedesaan juga terlihat beberapa jeriken ukuran 20 liter memenuhi bagasinya. “ Jeriken ini dititp oleh pedagang di desa – desa untuk dijual lagi “ beber Vincent. Untuk satu liter premium dijual 15 rupiah sedangkan setengah liter dihargai 8 ribu rupiah.
Pantauan FBC di SPBU di keluarahan Pohon Bao juga bernasib sama. Antrian panjang terjadi tiap hari mencapai jarak 500 meter ke arah timur SPBU. Beberapa pengemudi dan warga mengeluhkan SPBU tersebut sering tidak beroperasi siang hari dan selalu buka di malam hari. “ Sudah beberapa hari ini mereka biasa buka malam hari. Mungkin untuk menghindari antrian karena stock terbatas  “ kata Aloysius Diaz yang ditemui di deapn SPBU, Rabu (06/11/2013)
Untuk diketahui, sejak ditutupnya depot BBM milik Pertamina di Heras, desa Mokantarak 10 tahun lalu, BBM untuk kabupaten Flores Timur di supply dari depot Pertamina di kota Maumere. Dari subuh hingga malam, belasan mobil tanki pengangkut BBM jenis premium, solar dan minyak tanah hilir mudik Larantuka – Maumere menempuh jarak 138 kilometer untuk mengambil BBM dan mendisitibusikannya. Terlambatnya supply BBM membuat terganggunya arus lalu lintas kendaraan di ruas jalan negara tersebut karena kendaraan diparkir di pinggir jalan dan cuma menyisahkan satu ruas jalan. Kendaraan dari dua arah yang ingin melintas harus bergantian. Dampak lainnya yakni berkurangnya pemasukan bagi pengemudi. Dalam satu hari rata-rata angkutan pedesaan cuma melayani penumpang dua kali (PP = pulang pergi ) bahkan sekali akibat lamanya waktu antrian. ( Ebed )

Ebed de Rosary : wartawan media online  Flores Bangkit, www.floresbangkit.com
Blogg : derosaryebed.blogspot.com  dan  ebedallanderosary.blogspot.com

Memperingati Hari Listrik Nasional Warga Solor dan Lewolaga Menikmati Listrik 24 Jam

$
0
0

Dalam rangka memperingati hari listrik nasional ke – 66 , tanggal 27 Oktober 2013, PT. PLN Rayon Larantuka melakukan peningkatan pelayanan dengan menyalakan listrik 24 jam pada sejumlah lokasi yang selama ini menyala 12 jam. Untuk Rayon Larantuka dua lokasi yang dipilih yakni pulau Solor dan jaringan sepanjang jalan hingga desa Lewolaga meliputi Wolo, Lamika dan Eputobi. Hal ini dijelaskan Manager PLN Rayon Larantuka, Supriyadi yang ditemui floresbangkit.com di kantor PLN Rayon Larantuka di keluarahan Sarotari, Rabu (13/11/2013). “ Saya sempat kuatir apakah bisa terlaksana. Tapi akhirnya bisa berjalan dengan baik. Kami kerja tanpa kenal waktu “ ujarnya. Interkoneksi ke Lewolaga dilayani dari pembangkit di Waibalun sedangkan Solor  interkoneksi terhubung melalui sub rayon Solor Barat.
 
Target Bisa Tercapai



Mathias Dura, SPV Teknik yang mendampingi Supriyadi membeberkan, kapasitas terpasang PLN Rayon Larantuka hanya 3800 kilowatt dengan beban puncak 3700 kilowatt. “ Kami hanya punya daya cadangan 100 kilowatt yang tentunya sangat beresiko bila terjadi penambahan daya “ sebut Mathias. PLN Rayon Larantuka, hingga saat ini masih menggunakan listrik tenaga diesel. Kebutuhan listrik tersebut, jelas Supriyadi dipasok oleh PT. Wahana sebesar 1500 kw dan PT.Telaga  memasok 800 kw. Daya sisa dipasok dari mesin milik PLN. Pihak PLN menurut Supriyadi menyesalkan tidak beroperasinya PLTGB ( pembangkit listrik tenaga gas dan batubara ) di Flores Timur karena terkendala lahan yang tak kunjung tuntas. “ Pembangunannya dialihkan ke kabupaten Sikka.  Dampaknya, investor tidak jadi masuk karena daya listrik di Flotim kurang, Pabrik – pabrik tidak bisa dibangun dan beroperasi karena membutuhkan daya listrik besar “ sesal Supriyadi. Pihak PLN kata mantan manager PLN Rayon Adonara ini, tidak bisa lagi menggunakan tenaga diesel, harus dicari energi  terbarukan.  Selain itu, tambah Supriyadi, pihak PLN melalui anak perusahaannya, membangun PLTMH ( pem,bangkit listrik tenaga mikrohido ) di Basira dengan kemampuan daya 55 kw yang hanya cukup menerangi satu desa saja. Pihak PLN kata Supriyadi, perlu didukung oleh pemerintah daerah sehingga target pemakaian listrik seratus persen bisa tercapai. “ Kita masih tertinggal dari Kabupaten Sikka dan kabupaten lainnya di bagian barat Flores yang sudah mencapai 100 persen “  sebutnya. ( Ebed )

 
 Ebed de Rosary : wartawan media online  Flores Bangkit, www.floresbangkit.com
Blogg : derosaryebed.blogspot.com  dan  ebedallanderosary.blogspot.com



Pasang Jaringan, PLN Tebang Kelapa di Wairunu

$
0
0
 
PLN ( perusahaan listrik negara ) Rayon Larantuka sejak akhir Oktober 2013 melakukan penebangan pohon di Wairunu dalam rangka pemasangan jaringan. Penebangan ini terkatung- katung selama ± 2 bulan akibat belum adanya kesepakatan bersama masyarakat pemilik pohon. Pantauan floresbangkit.com ketika melintasi di lokasi, Senin ( 11/11/2013) mayoritas pohon kelapa yang ditebang tergeletak di pinggir jalan negara Trans Flores sisi utara sepanjang ±  500 meter. Gulungan kabel listrik tergelatak di pinggir jalan. Tiang lsitrik terlihat sudah ditanam. 

 
Bisa Terkoneksi


Manager PLN Rayon Larantuka, Supriyadi yang ditemui FBC di kantornya di keluarahan Sarotari, Larantuka, Rabu (13/11/2013) membenarkan hal ini. “ Kami cuma menanggung biaya penebangan, sedangkan pengangkutan dilakukan masyarakat pemilik pohon “ sebutnya. Terhambatnya pemasangan jaringan menyebabkan waktu interkoneksi jaringan listrik tertunda. Mantan mangaer PLN Rayon Adonara ini menambahkan. Untuk wilayah kecamatan Titehena, jaringan ke desa Tua Kepa, Lewo Ingu, Dun Tana, Lera Boleg sudah diterangi listrik berdaya 450 watt.  Sedangkan untuk desa Adebang, Tenawahang, dan Serinuho sedang diusulkan. “ Kita sudsah usul, tetapi belum keluar  persetujuan “ katanya. Jaringan ke arah selatan Boru juga sedang dalam penyambungan, terang Supriyadi.
Mathias Dura, Supervisor Teknik yang mendampingi Supriyadi menjelaskan, pemasngan jaringan bukan cuma ke arah barat tetapi juga ke arah timur. “ Untuk wilayah timur masih tersisa 21 kilometer yang terbentang dari desa Sinar Hadigala hingga Nusa Nipa termasuk jaringan ke rumah – rumah “ beber Mathias. Ada desa – desa yang mengajukan permohonan pemasangan meteran secara kolektif tetapi ada juga yang tidak, Bila ada permohonan, PLN beber Supriyadi akan melakukan survei. Kalau jalannya bisa dilalui kendaraan roda enam maka PLN akan meneruskan kepada pihak kontraktor untuk dilakukan pemasangan meteran.
Kendala terbesar yang ditemukan, tambah Supriyadi, yakni pembebasan lahan dan penebangan pohon. “ Kami sudah himbau tapi masyarakat tidak mau tebang dan pangkas ranting yang mengenai jaringan. Ketika kami mau menebang mereka juga melarang “ sebutnya. Menurut Mathias, situasi sekarang, pemasangan jaringan sudah mencapai 70 persen. Kita terus melakukan sosialisasi dan penyadaran kepada masyarakat, sebutnya.  Baik Supriyadi maupun Mathias berharap,  mudah – mudahan tahun 2014 sudah bisa terkoneksi semuanya.  ( Ebed ).

 
Ebed de Rosary : wartawan media online  Flores Bangkit, www.floresbangkit.com
Blogg : derosaryebed.blogspot.com  dan  ebedallanderosary.blogspot.com



Petani Disadarkan Dahulu Baru Lakukan Rehabilitasi

$
0
0
Penyakit busuk buah yang menyerang tanaman kakao banyak dijumpai di Kabupaten Sikka. Di Kecamatan Bola, Kecamatan Hewokloang ,kecamatan Talibura dan beberapa kecamatan lainnya, penyakit busuk buah hingga kini masih menyerang tanaman kakao. Buah kakao yang masih muda akan terserang sehingga busuk dan berwarna hitam.Buah yang sudah matang juga tak luput dari serangan penyakit busuk buah hingga mencapai bagian dalam buah dan merusakan biji kakao. 
 
Hutan Kakao     

 
Benediktus Lewuk, petani kakao yang ditemui  FBC, Minggu (20/10/2013) di desa Kringa, Kecamatan Talibura mengatakan bahwa penyakit busuk buah yang menyerang tanaman kako tersebut sudah berlangsung lama.” Hasil produksi kakao menurun jauh,sampai setengahnya “ ujar Beni. Kepala dinas Pertanian kabupaten Sikka,Ir Mauritz Da cunha yang ditemui Floresbangkit.com dikantornya di jalan Litbang, Wairklau, Maumere Rabu (28/08/2013) megatakan bahwa penyakit busuk buah sudah menyerang tanaman kakao sejak tahun 2004 dan paling banyak terjadi tahun 2008 hingga 2009. Mauritz menjelaskan bahwa penyakit busuk buah terjadi karena kurangnya perawatan. “ Di Flores ini petani kita bukan punya kebun kakao tapi hutan kakao “  sebut Mauritz. Kelembaban menurut Mauritz sangat tinggi karena rimbunyya pohon - pohon di sekitarnya sehingga  membuat pohon kakao tidak terkena sinar matahari.” Pohon kakao harus sering dipangkas “ sebut Mauritz. Petani,menurut Mauritz tidak melakukan perawatan. Pemberian pupuk tidak dilakukan. Selain itu,areal kebun kakao harus dibersihkan supaya hama penyakit tidak berkembangbiak.


Tidak Berhasil
 
Mengatasi hama busuk buah,petani harus melakukan dua cara seperti dijelaskan,Mauritz. Pertama, petani harus mau tanaman kakao ditebang.tetapi hal ini juga harus dilakukan secara serenpak dan menyeluruh. “ Semua tanaman kakao dalam wilayah tersebut ditebang. Jadi kalau cuma satu kebun saja percuma,karena hama tersebut akan berpindah ke kebun lain di sekitarnya dan akan kembali menyerang lagi “ sebut Da Cunha.Yang kedua, jelas Mauritz, dilakukan okulasi  (sambung) samping atau sambung pucuk dimana  pada batang utama cabangnya dipotong dan disambung dengan yang baru.tetapi hal ini juga,tambah Maritz mengalami kegagalan karena setelah cabang okulasi tersebut berbuah,petani tidak mau menebang batang pohon utamanya. Buah yang busuk dan kering kehitaman harus dipetik dan dikubur di tanah.
Pemerintah dan dinas pertanian sudah melakukan upaya untuk mencegahnya namum perlu mendapat dukungan dari petani.Cara penanganan tersebut,menurut Mauritz, sudah disampaikan bahkan di beberapa kecamatan seperti Bola sudah  dilakukan tetapi tidak semua petani di sentra produksi kako melakukannya sehingga penyakit busuk buah tetap ada. Pemerintah bayar satu hektar sebesar  750 ribu rupiah kepada petani untuk menebang pohon tetapi ini juga tidak dilakukan, sesal Mauritz. Edhardus, penyuluh kakao dan pegiat kakao yang membentuk beberapa Gapoktan (gabungan kelompok tani) di Sikka yang ditemui FBC di kecamatan Bola, Selasa (22/10/2013) mengkritik gerakan Gernas Kakao yang dilakukan pemerintah. “ Evaluasi kami, pencapaiannya cuma 10 persen saja “ tutur Edhu. Kelemahan program pemerintah tersebut kata Edhu karena manusianya (petani) belum disadarkan terlebih dahulu. “ Seharusnya rehabilitasi dilakukan setelah manusianya sadar “ katanya. ( Ebed)

 
Ebed de Rosary : wartawan media online  Flores Bangkit, www.floresbangkit.com
Blogg : derosaryebed.blogspot.com  dan  ebedallanderosary.blogspot.com

Sinode Hendaknya Menelurkan Karya Nyata

$
0
0
Sinode yang digelar Keuskupan Maumere untuk pertama kalinya sejak keuskupan ini berdiri 7 tahun lalu sudah memasuki hari ketiga pembahasan. Sinode yang diikuti 350 peserta dari 35 paroki yang membawahi 282.756 ribu umat Katolik. Selain itu, sinode yang berlangsung di aula Frateran BHK Maumere sejak tanggal 20 hingga 25 Oktober 2013ini diikuti oleh 150 peserta perwakilan biarawan/biarawati dan peninjau dari beberapa keuskupan di Flores 

Pembaharuan Sejati

Dalam Surat gembala Uskup Maumere Untuk sinode disebutkan proses Sinode Keuskupan Maumere meliputi tiga tahap yakni analisis situasi pastoral, refleksi biblis dan tanggapan pastoral. Pembahasan dilakukan dengan membagi peserta ke dalam kelompok – kelompok midi.” Dalam sinode ini kita perhatikan dua hal secara serentak, yakni kehendak Allah di satu pihak dan di pihak lain situasi kemasyarakatan  dimana kita berada agar gereja yang kita kembangkan sungguh – sungguh menjawabi tantangan jaman tetapi sesuai juga dengan kehendak Kristus  “ tegas Uskup Maumere, Gerulfus Kherubim Pareira,SVD dalam Surat Gembala Uskup Maumere untuk Sinode I. Uskup Maumere menegaskan, tugas Gereja yang paling pokok adalah melanjutkan warta pembebasan Kristus dibawah bimbingan Roh kudus, Gereja berkarya untuk menghadirkan Kasih Allah yang tak terbatas, memaklumkan pertobatan dan memperjuangkan tegaknya Kerajaan Allah dalam sejarah. Gereja harus berpihak kepada orang miskin dan tertindas, dan menentang segala sesuatru yang bertentangan dengan kerajaan Allah, seperti permusuhan, kebencian, kemiskinan, ketidakadilan, korupsi dan penindasan. Uskup Kherubim menyebutkan, dengan peran serta semua umat keuskupan ini dari segala lapisan dan latarbelakang semoga kita semakin mampu menjadi saksi Kristus yang sejati dalam jaman baru ini. Ditambahkan Kherubim, kita yakin Roh Kudus yang telah memampukan para rasul dan para pendahulu kita di keuskupan ini untuk memberikan kesaksian akan membimbing kita ke arah pembaharuan sejati.

Karya Nyata

Dokter Asep Purnama, dokter spesialis penyakit dalam di RSUD TC Hillers Maumere yang menghubungi FBC via telepon, Sabtu (19/10/2013) meminta agar kartya nyata gereja lebih nampak. “ Kita tahu, banyak umat yang meninggal akibat HIV/AIDS, Malaria dan Rabies. Saya ingin gereja berbuat nyata bukan hanya sekedar berdoa “ sebut dokter Asep. Gerakan sadar kesehatan, menurut dokter Asep perlu diwartakan dalam setiap khotbah di perayaan ekaristi dan disosialisasikan di setiap kegiatan Komunitas Basis (Kombas). Hal yang sama juga ditegaskan Aprinus Ninang, ketua Kombas Mater Dolorosa, Paroki Thomas Morus kepada FBC, Sabtu (19/10/2013). “ kita berharap agar Sinode yang digelar bisa menghasilkan keputusan dan langkah strategis menjawab kebutuhan umat “ tutur Aprinus.
Umat Katolik Keuskupan Maumere menaruh harapan di pundak para utusan yang sedang bergulat dalam kegiatan Sinode ini. Tentunya harapan agar wajah keuskupan menjadi lebih baik dan karya nyata yang ditelurkan bisa menjawab kebutuhan umat baik rohani maupun jasmani. ( Ebed )

Ebed de Rosary : wartawan media online  Flores Bangkit, www.floresbangkit.com
Blogg : derosaryebed.blogspot.com  dan  ebedallanderosary.blogspot.com

Tanpa keran, Air Mengalir 24 Jam

$
0
0
 
Air merupakan kebutuhan utama masyarakat. Bagi sebagian warga kabupaten Sikka, untuk mendapatkan air mereka harus merogok kocek setiap hari bahkan naik turun gunung demi seember air. Hal ini tidak berlaku bagi warga kampung Waiorbou, desa Nebe, dan warga kampung Wailoke, desa Wailamun, kecamatan Talibura kabupaten Sikka.

 
Swadaya Masyarakat


Bernadus Bago, ketua RT 06 dusun Belawuk, desa Nebe yang ditemui Floresbangkit.com, Rabu (25/09/2013) menyebutkan, sejak tahun 2004  warga bersama LSM Bethesda membangun jaringan air bersih. “ Warga menyiapkan bahan non lokal seperti batu, pasir dan Bethesda menyiapkan pipa dan semen. Warga secara  bergotong- royong memasang jaringan pipa dan membangun bak air “ ujar Nadus.Hal yang sama juga disampaikan Hendrikus hiong, ketua RT 04 dusun Wailoke, desa Wailamun. Menurut Hiong, pipa air yang dipakai tahun 2004 merupakan pipa paralon (PVC) sehingga banyak yang sudah bocor dan diameternya juga kecil. “ Bulan Agustus (2013) kami sudah rapat dengan Bethesda dan sudah siapakan bahan lokal. Dalam beberapa bulan lagi Bethesda akan sumbang pipa besi dengan diameter yang lebih besar biar air bisa dialirkan ke setiap rumah “ sebut Hiong. Pipa air ditanam di dalam tanah sepanjang ± 2, 5 kilometer dari mata air di Wairmatan hingga ke kampung Wairbou dan Wailoke.
 
Belum Maksimal Dimanfaatkan

 
Air di kedua kampung ini mengalir 24 jam nonstop tanpa keran. Ketika berada di kampung Wairbou, FBC menyaksikan air mengalir dari tiga pancuran setinggi satu  meter dan pipa di bak air walau tak ada warga yang menggunakan.  Di Wailoke dengan 1 bak air dan 2 pancuran juga kondisinya sama. Air mengalir melewati saluran depan rumah warga tanpa dipergunakan dan menggenangi kebun warga. Ketika ditanyakan kenapa tidak membuka kebun sayur dan memanfaatkan air, beberapa warga beralasan bahwa banyaknya ayam yang dilepasliarkan membuat warga enggan menanam sayuran di depan rumah dan kebun sekitar jalur pipa air.” Bila sudah ganti pipa besar, nanti bisa tarik ke rumah – rumah warga “ beber Hiong. Di beberapa rumah di kedua kampung tersebut, beberapa warga sudah membuat MCK di sekitar rumahnya. Sangat disayangkan, meski air berlimpah masyarakat tidak memanfaatkan demi meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup sehat. Pemerintah desa dan dinas kesehatan bisa membantu menyadarakan dan menghimbau warga agar menyiapkan MCK atau membangun MCK umum. “ Kami biasa swadaya sendiri dan tak mau mengemis ke pemerintah karena sudah berulangkali diusulkan tetapi hasilnya nol “ protes Bernadus dan Hoing. ( Ebed )   

 
Ebed de Rosary : wartawan media online  Flores Bangkit, www.floresbangkit.com
Blogg : derosaryebed.blogspot.com  dan  ebedallanderosary.blogspot.com

Warga Sudah Swadaya, Jalan Tak Kunjung Dikerjakan

$
0
0
Jalan sepanjang 3 km yang menghubungkan kampung Iangloeng desa Wailamun hingga kampung Wairbou desa Nebe kecamatan Talibura, kabupaten Sikka, hingga kini tak disemen atau diaspal. Jalan  tanah yang sudah dilakukan pengerasan sejak tahun 1994 oleh PT. Anggrek tidak dapat dilewati kendaraan roda dua dan angkutan kota. 

Sudah Diperbaiki Warga

Ketika menyusuri jalan ini, Rabu (25/09/2013) , Floresbangkit.com menyaksikan kondisi jalan masih bagus hanya perlu dilakukan pengerasan dan perbaikan gorong – gorong di dua jembatan sebelum kampung Wailoke. Truk sempat melintasi jalan ini Selasa malam, (24/09/2013) mengangkut warga yang menggelar pesta di Wairbou. “ Jalan ini kami sudah ratakan dan perbaiki dengan menyusun batu, memperbaiki gorong - gorong, menebang pohon dan memangkas tebing “ ujar Bernadus Bago, ketua RT 06 kampung Wairbou desa Nebe. Dituturkan Nadus, tanggal 02 dan 09 Agustus 2013 warga dua kampung ( Wairbou dan Wailoke) sudah gotong royong perbaiki jalan ini sehingga truk sudah bisa melintas.


Minta Perhatian Pemerintah

Nadus menuturkan, rapat yang akan digelar di desa Nebe, Kamis (26/09/2013) akan membahas bantuan dana pemerintah bagi pembangunan jalan menindaklanjuti rapat minggu lalu. Dalam rapat yang dihadiri tokoh masyarakat, ketua RT dan RW,BPD dan aparat desa tersebut menelorkan usulan pemakaian dana PPIP ( program pembangunan infrastruktur pedesaan) sejumlah 250 juta untuk membangun jalan ke kampung Belawuk Gunung di desa Nebe sepanjang ± 2 kilometer. “ Kami protes dan minta jalan di kampung kami disemen tetapi tidak disetujui “ sesal Nadus. Dijelaskan Nadus, kampung Belawuk Gunug cuma ada 10 KK dan hasil komoditi pertanian dan perkebunan tidak seberapa bila dibandingkan dengan kampung Wairbou yang memiliki 19 KK dengan hasil mente, kakao dan kelapa yang melimpah. “ Kalau bangun di Belawuk Gunung harus kerja dari awal, kalau jalan kami tinggal pengerasan dan disemen saja. Nason Lewar, anggota BPD bahkan suruh kampung kami masuk ke desa Wailamun saja “ kata  Nadus diamini tokoh masyarakat lainnya. Donatus Laka dan Yohanes Jen, warga kampung Wailoke meminta supaya pemerintah segera melakukan pengerjaan semenisasi. “ Kalau ada dana, kami bisa kerja swadaya sendiri. Kami juga mau kerja gotong – royong asal jalan bisa dipakai lagi “ ujar Donatus. Yohanes mengatakan, bila jalan bisa dilalui kendaraan, masyarakat yang sakit bisa secepatnya dibawa ke puskesmas, dan hasil komoditi juga bisa diangkut kendaraan. Selain itu, ketika musim hujan dan kali Nangagete banjir, anak sekolah bisa ke sekolah. Untuk diketahui, masyarakat di dua kampung ini setiap harus menyeberangi kali selebar ± 100 meter dengan kedalaman 30 sentimeter untuk melakukan aktifitas jual beli, mengantar anak ke sekolah dan mencharge handphone karena di dua kampung tersebut belum dialiri listrik. ( Ebed )

Ebed de Rosary : wartawan media online  Flores Bangkit, www.floresbangkit.com
Blogg : derosaryebed.blogspot.com  dan  ebedallanderosary.blogspot.com


16 Tahun Diusulkan, Pembangunan Tak Kunjung Terealisasi

$
0
0

Pantai Nangahure menjadi tempat menambatkan perahu nelayan setelah melaut. Angin kencang dan besarnya ombak menjadi ancaman bagi perahu mereka yang ditambatkan di pesisir pantai Nangahure. Ketika floresbangkit.com mengunjungi pantai ini, Minggu (27/10/2013) dan Senin (28/10/2013)  puluhan perahu ditambatkan di sepanjang pesisir pantai berjarak ± 300 meter yang terpisah tanggul di kiri kanan yang menjorok ke laut sepanjang ± 50 meter.
Lurah Wuring, Dahlan SE yang ditemui FBC di pantai Nangahure Senin   ( 28/10/2013) memaparkan, masyarakat dan pemerintah kelurahan Wuring sudah mengusulkan kepada Pemerintah Daerah Sikka sejak tahun 1997. “ Kami minta dibuatkan tanggul penahan gelombang dan kolam labuh bagi perahu di lokasi pantai ini “ ujar Dahlan. Disebutkan Dahlan, tahun 2012 Gubernur dan anggota DPRD propinsi NTT  sampai bupati Sikka sudah mengunjungi lokasi pantai ini dan berjanji akan menindaklanjuti apa yang menjadi keinginan masyarakat nelayan di Nangahure. “ Kalau tak ada tanggul dan kolam labuh, di musim kemarau ombak besar menghantam dan merusak perahu yang ada di pantai tersebut “ sebut Dahlan. Bukan cuma itu, akibat besarnya gelombang , air laut  menggenangi lapangan bola dan rumah warga yang berjarak 10 meter dari bibir pantai, tambah lurah Dahlan. “ Setiap tahun waktu Musrembang masalah ini selalu diusulkan “ bebernya.


Ungsikan Perahu
 
Beberapa nelayan Nangahure yang ditanyai masalah ini oleh FBC terkesan tidak bersemangat membicarakan. “ Pokoknya apa yang disampaikan pak lurah sama dengan apa yang sering kami keluhkan  “ kata seorang nelayan yang sibuk memperbaiki perahunya. Tak ada adanya kolam labuh membuat para nelayan terpaksa mengungsikan perahu mereka ke darat atau ke perairan sekitar Wuring yang dirasakan aman. “ Tapi kalau kami taruh di pantai lain, kami harus setiap hari mengontrolnya. Kalau tidak ditengok perahu bisa rusak karena talinya terlepas atau putus terhempas gelombang “ sebut Amirudin yang terlihat sibuk mengececat perahunya.
Untuk diketahui, nelayan Nangahure memasok hampir sebagian besar kebutuhan ikan masyarakat kabupaten Sikka. Dalam mengantisipasi bencana, kelurahan Wuring merupakan satu – satunya kelurahan atau desa yang memiliki  Kampung Siaga Bencana ( KSB ) di kabupaten Sikka. Beranggotakan 100 orang yang terlatih, anggota KSB selalu stand by bertugas melakukan upaya evakuasi bila diperlukan. ( Ebed )

Ebed de Rosary : wartawan media online  Flores Bangkit, www.floresbangkit.com
Blogg : derosaryebed.blogspot.com  dan  ebedallanderosary.blogspot.com

Viewing all 339 articles
Browse latest View live