Quantcast
Channel: EBED DE ROSARY
Viewing all 339 articles
Browse latest View live

Saver, Kaum Difabel Yang Tetap Setia Bergelut Dengan Sampah

$
0
0


Tangannya terampil memotong bagian atas tutupan gelas plastik minuman dari aneka merek menggunakan pisau cutter saat dijumpai Cendana News, Rabu ( 30/12/2015 )  di gudang penyimpanan Bank Sampah Flores di kompleks Perumnas Maumere, kabupaten Sikka.


Gelas – gelas plastik bekas minuman yang dikumpulkan dari anggota yang menjualnya ke Bank sampah Flores oleh Fransiskus Saverinus didaur ulang dengan dibentuk menjadi aneka tas, piring plastik,tempat kue dan lainnya. Sementara kertas akan dibentuk untuk dijadikan tempat lampu dan juga aneka kerjaninan lain.


Meski duduk di kursi roda, Saver sapaan akrabnya tak mau berputus asa dan tetap semangat menjalani hidup.Sebelum kakinya tidak bisa digerakkan, Saver bekerja menjajakan sembako di pasar tradisional. Tahun 2000 dirinya mengalami kecelakaan lalu lintas dan berobat ke puskesmas dan rumah sakit tapi dikatakan dirinya tidak menderita  penyakit.


“  Saya akahirnya berobat ke dukun sampai 40 orang dukun tapi tidak sembuh. Tahun 2005 ada seorang dukun yang urut saya dia tarik pergelangan kaki saya dan saya mendengar bunyi di pinggang, saya merasa tulang saya bergeser. Sejak dia pulang keesokan harinya saya mau berdiri tidak bisa padahal selama 5 tahun saya bisa berjalan meski pelan – pelan “ ucapnya lirih.


Selama 4 tahun sejak kejadian tersebut, lelaki kelahiran  Hale, Mapitara 29 Januari 1975 terkurung 4 tahun di kamar rumahnya di Mapitara. Setiap hari lelaki berumur 40 tahun ini selalu berfoa meminta Tuhan agar dirinya bisa bertemu orang yang bisa mengajak bekerja serta bisa membuat dirinya  tersenyum dan bahagia.Selama 4 tahun menetap di kampung halaman Saver merasa bak di penjara.


“ Meski diolok saya tetap tersenyum dan tidak dendam. Karena saya tidak pernah membuat orang susah, akhirnya Tuhan menjawab doa saya dan saya bisa dipertemukan dengan ibu Susi dan bergabung di Bank Sampah Flores “ tuturnya bersemangat.


Menjadi Relawan


Saat berjumpa dengan Ibu Wenefrida Efodia Susilowati atau kerap disapa ibu Susi, Saver diajak bergabung bersama 5 penyandang cacat lainnya dan 6 orang normal untuk membentuk Bank Sampah Flores tanggal 14 Februari 2014. Dirinya tertarik bergabung karena menyadari kalau bukan kita yang mengurus sampah siapa lagi, apalagi ini kan untuk kebersihan lingkungan.


Setiap orang yang bergabung di Bank Sampah Flores bekerja secara sukarela tanpa mendapat imbalan.Karena kerjanya sukarela akhirnya setelah berjalan setengah tahun sebut Saver,banyak pendiri yang tidak aktif karena tidak mendapat gaji dan ambil bagian kalau ada kegiatan sosialisasi atau pelatihan.Saver mendapat tugas sebagai bendahara.


“ Awalnya saya tidak mau jadi bendahara tapi ibu Susi katakan kalau kita pilih orang yang normal kalau kita ada butuh uang orangnya sering tidak ada di tempat bagaimana?. Akhirnya sata terima tapi dalam perjalanan karena banyak tidak aktif saya rangkap juga jadi sekertaris, penimbangan sampah, daur ulang  hingga menjualnya “ bebernya.


Setiap hari lelaki yang belum menikah ini bekerja sejak pukul 07.30 wita hingga 16.30 wita di gudang Bank Sampah Flores. Saver menerima semua sampah yang dibawa masyarakat dan beberapa kelompok organisasi dengan dibantu tiga relawan dimana seorang relawan merupakan penyandang cacat seperti dirinya.


“ Kami menerima sampah dari masyarakat dan dipilah karena banyak sampah yang tercampur. Kami tidak mau menolaknya karena kasihan mereka sudah membawanya sendiri ke tempat kami “ tuturnya.


Untuk setiap relawan yang membantunya, Saver memberikan uang transport 20 ribu sehari ditambah makan siang. Tak berselang lama dirinya kasihan melihat para relawan yang meninggalkan keluarga seharian sehingga  Saver pun membayar hasil kerja para relawan dimana dari satu kilo kertas yang dipilah dirinya membayar 250 rupiah sementara palstik 750 rupiah.Saver sadar uang ini tidak seberapa namun drinya tak bisa berbuat banyak karena lembaga yang didirikannya hanya bermodalkan semangat tidak memiliki dana.


“ Biar tiap hari saya bergumul dengan sampah tapi saya tidak kena sakit karena Tuhan pasti tahu. Banyak masyarakat yang jijik dengan sampah apalagi setelah mereka tahu saya bekerja secara sukarela mereka cuma menggelengkan kepala saja “ ungkap Saver dengan suara datar.


Memberi Pelatihan


Selama bergabung di Bank Sampah Flores, Saver yang saat ditemui mengenakan kaus oblong lusuh tak pernah merasa malu. Bakan Saver merasa bersyukur bisa ikut memelihara lingkungan. Dirinya pun tak sungkan membagi ilmu tentang proses mendaur ulang sampah dengan membentuknya menjadi aneka kerajinan tangan.Keterampilan ini sebut Saver dipelajari sendiri setelah melihat seorang instruktur yang diundang memberikan pelatihan di tempatnya bagi anak – anak sekolah.


Awalnya anak dari almahrumah Lusia Lodan yang meninggal sewaktu melahirkannya, tidak tertarik membuat kerajinan tangan. Namun saat berada di kantornya yang berbatasan dengan pantai Saver mendapati anak – anak sekolah dasar yang sedang bermain di pantai saat liburan panjang sekolah. Dirinya pun bertanya dalam hati, kalau anak – anak ini diajak memotong gelas plastik untuk dibuat kerajinan dan diberi upah apa mereka bersedia?.Kasihan bila anak – anak hanya bermain selama sebulan masa liburan tanpa ada kegiatan positif.


“ Akhirnya saya kumpulkan mereka dan kasih tahu Tak diduga esoknya ada 12 anak yang bersedia dan mulai bekerja.Setelah ring gelas minuman yang dipotong banyak terkumpul saya bingung mau buat apa dan siapa yang membuatnya? “ bebernya.


Anak bungsu dari 3 bersaudara ini pun meminta ibu Susi membeli tali dan dirinya pun mulai belajar menganyam piring, keranjang dan tas.Hari pertama, Saver cuma mampu merangkai 5 gelang plastik saja karena tanganya masih susah digerakkan namun dirinya tidak putus asa.Lama kelamaan lelaki yang sejak kecil diasuh dan dijadikan anak angkat oleh pamannya ini mulai terbiasa hingga mahir membuat aneka kerajinan dari gelas minuman plastik hingga kertas dan koran bekas.


Ilmu yang didapatnya awalnya ditularkan kepada 16 anak dari Mauloo dari Paga. Pelatihan yang dilaksanakan beber Saver berlangsung selama 3 hari.Hari pertama dilakukan sosialisasi tentang sampah sementara hari kedua diajarkan cara memotong, mengiris gelas plastik dilanjutkan dengan menganyamnya menjadi aneka barang. Hari ketiga lanjut Saver, peserta dilatih cara menerima sampah dari masyarakat dimulai dari cara menimbang, memilah dan merapikan sampah. 


“ Kalau mereka bisa membuat satu keranjang selama diadakan pelatihan maka keranjangnya bisa dibawa pulang.Syukurlah, ke 16 anak tersebut bisa membuat keranjang semua “ ungkapnya bangga.

 Anggota maupun yang belum bergabung.Bila tak ada yang menyetor sampah dirinya tetap melakukan aktfitas membuat kerajinan tangan dari sampah. Tidur di tempat sederhana di gudang penyimpanan sampah tidak membuatnya malu.


Saat ditanyai kendala yang dihadapina, Saver dengan suara pelan mengatakan, dirinya butuh modal untuk membeli samoah dari masyarakat. Selain itu karena tidak memiliki armada untuk mengangkut sampah, pihaknya hanya berharap pinjaman mobil dari para relawan.Banyak yang memintanya mengangkut sampah di desa – desa maupun di dalam kota Maumere namun dirinya hanya meminta mereka bersabar. Jika ada yang menyediakanmobil gratis dan dananya sudah ada baru dirinya akan mengambil sampah – sampah tersebut.


“ Untuk membeli sampah kami butuh uang cach karena masyarakat banyak yang minta sampahnya langsung dibayar. Kami juga harus menjemput sampah di tempat mereka karena mereka mau antar ke bank sampah tapi tidak ada ongkos. Kalau dibayat cash mereka sering bersemangat mengumpulkan lagi “ kata Saver.


Walau memiliki keinginan untuk berobat lagi untuk menyembuhkan kakinya, namun sampai sekarang Saver belum melakukan karena belum ada yang membantu membiayai pengobatannya. Saver juga merasa bersyukur bisa bekerja dan berharap tetap bisa menghidupkan bank sampah yang sudah dibentuknya karena bagi dirinya, jika tidak ada orang yang peduli maka sampah akan menumpuk dimana – mana.


“ Saya senang bisa bekerja disini.Kalau ada mobil truck atau pick up  sendiri saya akan memilih sampah di tempat umum dan di desa - desa untuk di daur ulang lagi. Selain bisa menghasilkan uang, memilih sampah juga menjadikan lingkungan bersih dan tidak tercemar apalagi sampah plastik yang butuh ratusan tahun baru terurai “ pungkasnya.

Penulis : Ebed de Rosary Wartawan Cendananews.com

Diguyur Hujan, Kota Maumere Banjir dan Dipenuhi Sampah

$
0
0



MAUMERE–Hujan yang mengguyur kota Maumere kabupaten Sikka sekitar pukul 13.30 wita membuat beberapa ruas jalan tergenang banjir dan dipenuhi sampah plastik serta tanah. Hujan yang masih berlangsung hingga berita ditulis pukul 16.30 witatersebut bukan saja membuat jalan utama di kota Maumere dipenuhi air tetapi kotor oleh tumpukan sampah plastik dan tanah serta daun dan ranting pohon yang meluap dari drainase di sepanjang jalan utama kota Maumere.

Fransiskus Linus seorang mahasiswa Universitas Nusa Nipa ( Unipa ) yang ditemui CendanaNews, Selasa ( 29/12/2015 ) di jalan Sugyopranoto dekat patung Kristus Raja mengatakan, luapan air dari drainase menyebabkan jalan di sebelah timur patung Kristus Raja hingga di bagian utara selalu digenangi air. Kejadian ini sebutnya, akibat drainase yang ada dipenuhi sampah dan tanah.

“ Hampir setiap tahun selalu terjadi banjir disini. Pemerintah harus memperhatikan hal ini apalagi kota Maumere sedang berjuang untuk menjadi kota Definitif “ ujarnya.

Linus meminta pemerintah kabupaten Sikka dalam hal ini dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi kabupaten Sikka agar bisa mengerahkan pekerja untuk mengontrol dan membersihkan saluran atau drainase di samping jalan utama atau jalan negara maupun di sekitar kali. Jangan karena ada hujan dan sampah banyak di jalan tutur Linus baru pemerintah membuka mata.

“ Harusnya sebelum hujan datang semua drainase harus di check. Untung saja hujannya cuma sebentar saja, kalau lama pasti jalan di kota Maumere digenangi air dan menimbulkan kemacetan “ kata Linus.


Veronika Leti seorang warga Maumere lainnya yang ditemui sedang mengendarai motor di jalan utama sebelah utara stadion Gelora Samador Maumere  pun mengeluhkan hal yang sama. Dikatakan Leti, harusnya sejak awal bulan Desembersemua saluran air sudah dikontrol sehingga saat hujan hari ini kejadian seperti ini tidak terjadi.

“ Jangan setelah hujan baru petugas sampah membersihkannya di pagi hari. Kasihan pengendara apalagi memakai sepeda motor karena air hujan meluap dan mengalir melewati badan jalan “ Leti kesal.

Disaksikan Cendana News, hampir semua jalan utama di kota Maumere dipenuhi sampah dan air dari drainase meluap menggenangi jalan akibat terhalang tumpukan sampah di mulut drainase.Sampah dan genangan air yang paling banyak terdapat di ruas jalan sebelah barat dekat lampu merah persisi di samping kantor PLN di jalan Gajah Mada. Selain itu juga persis di sebelah barat belakang stadion Gelora Samador dan sebelah utara.

Sampah yang menggunung juga terlihat di depan kantor balai wilayah sungai dan perairan NTT di samping kantor PU Sikka serta samping tembok bagian tiur patung Kristus Raja.Terlihat beberapa pekerja dan pegawai kebersihan sedang membersihkan jalan dari tumpukan sampah.

Bahkan pekerja bengkel cuci motor dan mobil di samping patung Krsitus Raja harus mengerahkan dua orang pekerjanya yang menggunakan sekop dan pacul serta penggaruk sampah untuk membersihkan jalanan di depan tempat usaha tersebut.


Yance Moa dan Produksi Keramik Setinggi Dua Meter

$
0
0



Pengrajin akan dihargai dan dimuliakan tapi kalau tidak mau tekun, tidak mau serius maka itu sebuah kerugian. Karena saya pengrajin maka menteri dan semua pejabat negara mengunjungi saya.Itu kebanggan buat saya, kebanggan dalam berceritera, kebanggaan sebagi pengrajin. Saya bersyukur karena berkat Tuhan semua mereka mau mengunjungi saya.

Yohanes Vianey Moa biasa disapa Yance sudah menanti kedatangan Cendana News di kediamannya, Senin (28/12/2015 ).Perbincangan santai dilakukan di sebuah bale – bale bambu di bawah rindangnya beringin depan ruang pamer Mia Keramik miliknya. Seraya menyeruput kopi Flores,Yance berceritera banyak soal motivasi dan suka duka menjadi pengrajin gerabah dan keramik hias. 

Bukan sebuah kebetulan menurut Yance, dirinya dan sang isteri tercinta terlahir di kampung yang memiliki budaya membentuk tanah liat. Isteri saya sebut Yance, berasal dari kampung kecil bernama Rabangodu yang artinya membentuk tanah liat di kabupaten Bima propinsi Nusa Tenggara Barat. Sementara dirinya berasal dari desa Wolokoli di Sikka yang tenar sebagai kampung gerabah.

 “ Budaya itu pernah hidup disana dimana nenek isteri saya seorang pengrajin tetapi sayangnya di Rabangodu kini hanya menyisakan nama tak ada lagi pengrajin gerabah, sementara di Wolokoli masih tetap lestari.Kami berdua sebenarnya generasi berikut, namun dari sisi spiritual saya bangga ada di dunia gerabah “ tuturnya bersemangat.



Melestarikan Budaya

Memilih jalan hidup sebagai pengrajin gerabah bagi Yance berangkat dari usaha,upaya serta spirit menjaga warisan dari generasi ke generasi. Nilai inspirasi anak pertama dari empat bersaudara pasangan suami isteri Paulus Moa dan Gerardina Dua Kesik guna melestarikan budaya membuatnya tahun 2011 terjun ke dunia pembuatan gerabah dan keramik hias.

“ Tapi dengan kecenderungan dan minat, saya masuk ke konsep pengembangannya. Kalau di kampung saya mereka masih memproduksinya secara tradisoinal “ terang suami dari Margaretha Yohana Moa.

Di tahun 2010 tutur pencinta lingkungan ini, dirinya kembali ke kampung Wolokoli dan belajar dari seorang anak muda yang sampai sekarang masih membuat gerabah.Sesudahnya kisah Yance,dia mencari ilmu dan mengasah keterampilan dengan berguru pada  beberapa pengrajin besar di Lombok, Yogyakarta hingga Plered dengan menetap selama kurun waktu satu dua bulan.

Setelah merasa cukup bekal, tahun 2011 Yance kembali ke Maumere dan memastikan untuk terjun ke pembuatan gerabah. Jalan hidup ini ditempuh sebab menurutnya menjadi pengrajin gerabah setidaknya dia bisa merangsang anak muda di kampung Wolokoli, 

Dirinya meyakini generasi muda, adik – adiknya  di kampung tidak mungkin membuat Tutuunu. Membuat Tutuunu( gerabah ) secara lokal sudah memilik pasar tersendiri, itu dibuat orang tua, nenek - nenek kami dan sesudahnya dijual ke pasar lokal dan dipergunakan untuk memasak Moke ( Arak ). Kalau generasi muda kata Yance, tentu tidak masuk ke pasar itu tapi mereka lebih fokus ke pengembangannya.

 “ Saya pernah sekali membawanya ke Timor Leste, dan dalam silahturami antar daerah dan negara tadi kita punya banyak kesamaan. Kita sama – sama pernah dijajah Portugis, agama dan budaya adat istiadat juga mirip. Motif tenun ini juga untuk mereka tidak jauh berbeda tapi mereka lebih tertarik ke motif umum “ paparnya.

Melukis motif tenun ikat Sikka seperti motif Mawarani dan lainnya, kerap dilakukan Yance pada gerabah produksinya. Pria periang ini menyuruh sang isteri ke pasar dan membeli copyan motif tenun ikat, dan jika dilihat menarik maka langsung diadopsi guna dilukis pada gerabah.

 “ Kalau gerabah dan keramik motif tenun, paling digemari di Sikka saja.Karena kalau kita bawa ke kabupaten lain mereka juga punya motif sendiri, belum tentu mereka suka “ ungkap tamatan SMA1 Dili.



Bekerja Kolektif

Walau belum masuk kategori usaha besar, Mia Keramik tetap berproduksi secara rutin, Jika hanya bergantung pesanan, ucap Yance, usaha miliknya tentu tidak jalan. Menurut Yance, pribadinya bukan saja pebisinis tapi juga menyalurkan hobby.

Banyak hal melatari niat baik Yance. Dipaparkan pria murah senyum ini, ada banyak konsep yang lebih penting, bagaimana dia punya kebanggaan selain melestarikan budaya sekalian memanfaatkan nilai ekonomisnya. Tapi untuk terus berjalan tentu semua ini tergantung dari produksi dan pemasaran. 

Mia Keramik memilik  11 orang tenaga kerja yang berkarya rutin dimana 3 orang pemasaran sementara pengrajin 8 orang. Konsep Mia Keramik sedikit berbeda dimana satu tahun dua bulan produksi dan aktif, tiga bulan istirahat.

“ Dalam tiga bulan istirahat produksi, ketersediaan stock harus terjamin. Jadi disini semua sampel produk cadangannya masih ada, ketika cadangannya mulai berkurang mereka harus mulai aktif lagi “ terang lelaki kelahiran Lela, 02 Mei 1966.

Ada kiat untuk mengakali hal tersebut. Kalau produk untuk dijual ke lokal saja tidak masalah sambung Yance,saudara dari Wolokoli dan Sumba tiap hari kita bisa sama – sama.Tetapi tenaga terampil saya, satu tahun dua bulan mereka harus kembali ke Jawa baru kembali lagi saat waktu produksi dimulai. Jika tidak begitu sebutnya, Mia Keramik harus membiayai sekian banyak produksi setiap hari dan terasa sangat berat.

Jenis - jenis gerabah buah karya Mia Keramik terdiri atas bangku meja, sirkulasi air, jenis - jenis Vas Ming, guci, aneka pot dan souvenir.Yang paling tinggi harganya 4 juta untuk gerabah setinggi 2,2 meter serta terendah dilepas di kisaran 3 ribu rupiah untuk jenis cinderamata. Kalau bangku meja papar Yance untuk 3 bangku dan sebuah meja dibanderol dengan harga 1,5 juta rupiah.

Selain di Sikka gerabah dan keramik hias karya rumah produksi di dusun Wairhubing desa Watuliwung ini juga dipasarkan di Flores Timur, Labuan Bajo, Ende, Kupang, Kefamenanu, dan Belu. 

Rutin Pameran

Pembeli produk Mia Keramik kebanyakan personal. Jika di Sikka semua instansi bank dan hotel menggunakan produk Yance sementara untuk di Kupang hampir semua hotel jadi pelanggan.Saat ditanyai CendanaNews berapa keuntungan yang didapat, dengan bergurau Yance menjawab relatif, tergantung besar kecilnya produk. Yang pasti terangnya,dirinya bisa membiayai tenaga kerja.

Tidak semua produksi dilego ke pasaran misalnya desain tertentu seperti motif marmer. Produksi massal dilakukan dan kalau orang sudah mulai jenuh dengan desain produk lainnya kata Yance, baru model ini dilepas ke pasaran.Yance mencontohkan, saat di kupang 4 kali pameran dirinya tampil dengan model berbeda. Awalnya mengusung model tembaga, kedua finishing umum, pada pameran keempat baru motif marmer.

Ada berapa kali pameran yang dikiuti Mia Keramik yakni di Kupang sudah lima kali, NTT Fair 3 kali,NTT Expo 2 kali, Labuan Bajo saat Sail Komodo, sementara di Jakarta saat gelaran Trade Expo. Pameran merupakan arana untuk memperkenalkan produk. Kalau bisa produksi kita harus bisa menjual ungkap pria yang gemar mengajak masyarakat melakukan penghijauan.

“ Kalau pameran di Kupang itu insiatif saya daripada stand Sikka tidak diisi. Saya harus biayai sendiri, paling tidak saya harus punya modal tapi dalam kebanggaan sebagai orang Sikka saya harus mengumumkan bahwa kita juga punya gerabah yang bagus,tanah liat bagus “ tutur anak dari mantan bupati Sikka. 

Punya Kelebihan

Kalau dalam dunia gerabah keramik hias, ukuran lokal di NTT, Yance katakan dirinya menaruh hormat dengan semua, tetapi biarlah dia bicara entah nanti diakui atau tidak, tetapi dia hanya mau bilang, Sikka selain memiliki tenun ikat juga memiliki budaya tanah liat yang luar biasa. Kualitas tanah liat Wolokoli ungkapnya sama seperti tubuh manusia dia punya tulang dan daging, jadi ketika dia dibakar dengan ukuran jam sekian dia sudah punya kekuatan. Kalau daerah lain ketika dibakar dia cuma punya daging saja tidak punya tulang sehingga tidak ada kekuatan.

“ Itulah kelebihan tanah liat Wolokoli periuknya dibakar berjam - jam berbulan - bulan bahkan setelah dipakai bertahun - tahun dan dibakar berulang - ulang kali periuknya tetap bagus “ sebut ayah lima anak.

Saat Mia Keramik tampil di Trade Expo, menteri koperasi kagum karena saat itu mereka tampil dengan model tanah liat yang berbeda, bentuk tanah liat yang salah buat.Itu yang membuat menteri datang dan mampir ke rumah produksi Mia Keramik tahun 2013.

Sebenarnya orang Flores tidak susah,kontinetal tua, bumi tua termasuk Flores, makanya ada Komodo, manusia purba, gajah purba. Kalau mau kita buktikan, tantang Yance,teman – temannya di Yogyakarta membakar dalam tungku butuh waktu 24 sampai 28 jam di Jawa Barat akan lebih lama lagi, sementara dirinya cuma butuh waktu 10  hingga 14 jam cukup. Proses pengeringan seperti pot bunga, butuh waktu 5  sampai 6 hari di Jawa,di Flores hanya satu hari saja.

“ Tanah kita cepat kering, tanah dan iklim sangat membantu kita. Ini terkait dengan kecepatan proses produksi, kecepatan untuk menyediakan permintaan. Itu yang jadi keunggulan kita, cuma selama kita berjuang sendiri tentu pintar – pintar atur nafas sebab modal terbatas “ katanya.

Waktu menteri koperasi datang ke tempatnya dan ditanyai minta modal berapa dan dijawab 250 juta rupiah, menetri dan semua orang tertawakan dirinya bahkan marah. Dikatakan Yance, dia hanya katakan dirinya bukan penganut orang yang minta besar tapi penganut melakukan hal yang paling kecil tapi manfaatnya besar. Saya minta nilai real dan saya akan buktikan manfaatnya ucap ayah dari dua putra dan 3 putri.

“ Syukur - syukur menteri belum sempat bantu, tapi saya enjoy saja.Itu motivasi buat saya,supaya saya semangat, itu kebanggan buat saya dan saya imani belum tentu yang saya minta akan saya dapatkan.Tapi saya bersyukur, beliau mau ke sini itu kebanggan buat saya, kebanggan dalam berceritera, kebanggaan sebagi pengrajin,karena saya pengrajin maka semua mereka mengunjungi saya “ tuturnya seraya tertawa lepas.

Kejadian ini membuatnya memotivasi semua pengrajin dengan berpesan, jadilah pengrajin dan bangga karena sekarang jamannya kreatif. Pengrajin akan dihargai dan dimuliakan tapi kalau tidak mau tekun tidak mau serius maka itu sebuah kerugian.Yance mencontohkan,kementrian daerah tertinggal,menteri lingkungan hidup, kementrian pariwisata, serta dari propinsi, dinas pariwisata dan lingkungan hidup selalu menyambangi bengkelnya. 

Dalam sejarah dunia kerajinan ini di Indonesia beber Yance belum pernah dibuat meja ukuran diameter 1 meter tapi Mia Keramik sudah bisa memproduksinya.Sumatera Utara tahun 2009 berupaya dengan diameter 80 sentimeter tapi dia pecah di perjalanan. 

“ Ada tantangan di dunia kerajinan ini.Dalam dunia gerabah keramik hias, NTT tidak kalah.Kita siap hanya dalam menjangkau pasar yang lebih luas kita tidak bisa sendiri, itulah peran pemerintah. Saya sudah diminta ekspor ke Meksiko dan Perancis namun saya masih mengukur diri, masih belum ada modal. Satu hal yang pasti, lakukan hal kecil untuk manfaat yang besar “ pungkasnya mengakhiri obrolan.

Produksi Abon dan Minyak Kelapa KWTN Kembang Baru Diminati Pasar

$
0
0




MAUMERE – Melihat permintaan pasar yang cukup menjanjikan, Kelompok Wanita Tani dan Nelayan  ( KWTM ) Kembang Baru di Nangahure Bukit kelurahan Wuring kecamatan Alok Barat yang terbentuk sejak tanggal 11 mei 1999 mulai mengembangkan produk minyak kelapa dan abon ikan tuna.Kelompok yang awal terbentuk terdiri dari 15 orang anggota ini kini sudah berjumlah 31 orang. 


Agnes Wangi ketua kelompok sata dtemui Cendana News, Sabtu ( 26/12/2015 ) mengatakan, dirinya  berpikir dari segi ekonomi sebagai ibu rumah tangga penghasilan suami tidak cukup memenuhi kebutuhan keluarga sehingga pihaknya membentuk kelompok.


 Awalnya sebut Agnes, kelompok Kembang Baru hanya membentuk arisan dan kerja kelompok menggarap lahan kebun masyarakat sekitar.Dalam perjalan sambungnya, sejak thun 2003 atas dorongan suami Yosep Dala yang bekeja sebagai penyuluh pertanian. Sang suami mengatakan, kalau aktifitasnya hanya itu maka kami kelompok ini tidak maju;


“ Kami pun sepakat dan sejak tahun 2003 mulai melakukan usaha pengolahan ikan tuna, kacang tanah,kacang mente dan minyak kelapa sehingga kami mulai produksi memakai modal dari kelompok “ ujar Agnes.




Untuk produk kacang tanah dan minyak kelapa sebut Agnes sementara masih dijual untuk memenuhi permintaaan pasar di kabupaten Sikka sementara kalau abon,dendeng dan nugget ikan Tuna  sudah dikirim ke kupang, Surabaya,Jakartadan Yogyakarta.Untuk keluar daerah papar Agnes biasanya pengiriman rutin dilakukan 3 bulan sekali sebanyak masing - masing 50 kilogram ukuran 250 gram.


“ kami kirim produk yang sudah dikemas biar pembeli mengetahui produk itu berasal dari daerah kami, kalau belum dikemas bisa saja nanti diberi kemasan oleh pembeli “ ungkapnya.


Untuk kacang mente pun beber Agnes pihaknya sering mendapat pesanan dari berbagai daerah di pulau Jawa khususnya menjelang hari raya Idul Fitri,Imlek, Natal dan Tahun Baru.Untuk bahan baku sambungnya, pihaknya tidak mengalami kesulitan.Ikan tuna kata Agnes diperolehnya dari nelayan dan sudah menjadi langganan sehingga bila ada tangkapan maka dirinya selalu ditelepon. Begitupun juga dengan kacang mente,kelapa dan kacang tanah bahan bakunya melimpah.


 “ Kalau ikan tergantung hasil tangkapan nelayan, kalau banyak kami buat abonnya banyak sehingga ada stock. Kami sudah punya langganan nelayan sehingga kalau ada ikan mereka telepon dan kami ambil “ tuturnya.


Minyak kelapa produksi kelompoknya sebut Agnes memang dijual lebih mahal karena sebuah kelapa kulit dibelinya seharga 1.500 rupiah.Tapi meski mahal tetap saja habis terjual sebab sudah banyak masyarakat yang kembali mengkonsumsi minyak goreng tersebut karena lebih sehat. Tiga hari sekali mereka proses 25 liter dan tidak sampai 2 minggu sudah laku. Yang lebih banyak laku terjual papar Agnes yakni minyak goreng ukuran 250 gram dan 500 gram dibanding ukuran 1 liter karena harganya terjangkau.


“ Kami produksi 3 hari sekali, kelapa 300 buah jadinya 500 sachet ukuran 250 gram dan kami jual 3 riu ruoiah. Kalau ukuran 500 gram kami jual 5 ribu sementara satu liter harganya 10 ribu rupiah “ jelas Agnes.




Kelompok Kembang baru sudah meraih berbagai penghargaan lomba yakni juara dua pengolahan hasil laut tingkat nasional tahun 2010, juara satu UKM pengolahan hasil laut terbaik dari DKP Propinsi NTT, juara II pengolahan pangan lokal BKP propinsi NTT tahun 2009.Pihaknya menjadi juara dua ungkap Agnes,karena belum mencantumkan produk halal karena masih dalam proses pengurusan.Selain itu rumah pengolahan kelompok ini masih sederhana.


 “ Saya ada minta 10 produk kami untuk disertfikasi dan mendapat produk halal dan juga sertifikat BPOM.Kami juga sudah membuat proposal dan  dijanjikan pemerintah kabupaten Sikka tahun 2016 mendapat bantuan untuk pembangunan rumah pengolahan permanen “ pungkasnya.




Pamanga Temianutai, Memberi Makan Laut Berharap Berkah Melimpah

$
0
0



MAUMERE -Warga masyarakat nelayan pulau Pemana, sebuah pulau di sebelah utara pulau Flores yang berada di wilayah kabupaten Sikka sejak jaman nenek moyang selalu mengadakan ritual adat Pamanga Tamianotai guna memberi makan kepada laut.Ritual adat ini sejak tahun 1980-an sudah hilang dan hampir punah.

Bagi warga pulau Pemana yang masuk dalam wilayah kecamatan Alok dengan waku tempuh 2  sampai 3 jam perjalanan menggunakan kapal penumpang dari Maumere, sebagai nelayan mereka merasa bahwa hasil tangkapan ikan selalu berkurang setiap tahunnya.

Memberi makan kepada laut menurut Haji Bahamid Yunus yang ditemui Cendana News Kamis ( 26/11/2015 ) saat pagelaran ritual adat, memiliki makna memberikan sedekah atau persembahan kepada penguasa laut agar para nelayan bisa dierikan rejeki yang cukup yang ditandai dengan meningkatnya hasil tangkapan ikan para nelayan.


\
Selain itu juga selaku tetua adat sekaligus imam masjid desa Pemana Yunus berharap agar penguasa laut bisa menjaga para nelayan selama mengarungi lautan guna menangkap ikan. Hasil tangkapan nelayan ungkap Yunus, setiaptahun selalu berkurang dan ikan tangkapan semakin sulit ditemukan.

“ Biasanya kami melaut cuma dua tiga jam sudah dapat ikan Tuna atau Cakalang, tapi saat ini bisa butuh waktu tujuh sampai delapan jam berlayar ke laut lepas mencari ikan, “ ujarnya.

Dengan menggelar ritual ini tutur Yunus, para nelayan diajak untuk kembali mencintai laut dengan menjaga ekosistem laut. Nelayan pun disatukan dan membuat janji untuk tidak menangkap ikan dengan bom, alat penagkap ikan seperti pukat atau jaring yang dilarang serta memakai racun dari tumbuhan lokal maupun bahan kimia.

“ Kegiatan ini juga untuk menyadarkan mereka dan membuat mereka takut untuk menangkapikan dengan merusak biota laut dan terumbu karang, “ ungkap Yunus.



Pantangan Bagi Nelayan

Keseriusan para nelayan yang mayoritas merupakan keturunan suku pendatang dari Selayar, Bone, Buton dan Bugis di Sulawesi ini disampaikan dalam pernyataan sikap yang dibacakan perwakilan nelayan usai ritual di tengah laut.

Dalam pernyataan sikap yang ditandatangani kelompok nelayan dan dibacakan dihadapan wakil bupati Sikka, Drs.Paolus Nong Susar, kepala dinas Kelutan dan Perikanan kabupaten Sikka, Ir.Lukman,Msi, kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut kementrian Kelautan dan Perikanan wilayah Denpasar,Ikram Sangaji, Danlanal Maumere, Kolonel Laut ( P ) Carmadi, Dandim 1603 Sikka, Letkol ( Arh ) Settya Wardhana serta Wakapolres Sikka, Kompol Suprihatiyanto,SIK, para nelayan berjanji tidak akan menangkap ikan dengan cara merusak lingkungan.

Selain itu, para nelayan juga berjanji akan bekerjasama dengan pemerintah dalam menjaga zona laut yang menjadi zona inti pengembangan potensi keluatan. Juga para nelayan bersedia membantu pemerintah dan aparat keamanan memerangi para penangkap ikan baik dari kabupaten Sikka maupun dari luar daerah yang melakukan penangkapan ikan dengan cara merusak lingkungan.

Bahrudin Yusuf salah seorang tokoh nelayan Pemana yang dijumpai penulis di sela – sela acara ritual menyebutkan, kegiatan ritual ini merupakan warisan dari para leluhur mereka untuk mengikat para nelayan dalam menjaga laut dengan tidak menangkap ikan dengan cara merusak terumbu karang.biota laut dan alam. 

Sebagai masyarakat nelayan sambungnya mereka diikat dengan ritualadat dimana didalamnya terdapat pantangan dan larangan bagi para nelayan yang mana bila dilanggar akan mendatangkan mala petaka bagi si nelayan.



Pasang Rumpon

Disaksikan Cendana News, sejak pukul 09.30 wita sekitar 40 kapal nelayan Pole and Line berbobot mati 30 dan 40 ton ditambah puluhan perahu motor tradisonal  sudah bersiap di depan perairan pulau Kambing, pulau karang berpasir putih tanpa penghuni sepanjang kurang lebih 500 meter yang berada sekitar 3 kilometer arah timur pulau Pemana.Kapal nelayan yang dipenuhi masyarakat ini menjemput rombongan wakil bupati yang menggunakan kapal patrolik milik Lanal Maumere.

Setelah sampai di dekat pulau Kambing, kapal Lanal Maumere disertai sebuah kapal motor yang mengangkut perlengkapan ritual dan perwakilan nelayan bertolak ke arah utara pulau Kambing sejauh kurang lebih 10 kilometer. Seekor kambing hitam berukuran besar disembelih di atas kapal oleh Haji Yunus. Sebelumnya dilakukan pembacaan doa dan kepala kambing pun dibuang ke laut. Di saat bersamaan ister Haji Yunus melafalkan doa seraya menghamburkan beras ke tengah laut berulang kali. Sebuah Rumpon juga ikut dilepas.

Menurut Haji Boy,SP seorang  tokoh pemuda Pemana yang memandu ritual, selain menggelar ritual adat, para nelayan juga memasang beberapa Rumpon agar ikan – ikan bisa berkumpul di sekitarnya. Rumpon yang diatasnya diikat daun – daun kelapa ini sebut Boy menjadi tempat berkumpulnya plankton dan ikan – ikan kecil. Plankton dan ikan – ikan kecil ini merupakan makanan ikan – ikan besar sehingga secara otomatis ikan – ikan besar akan datang menghampiri dan berkumpul di sekitar Rumpon.

Ritual adat ini ditutup dengan melarungkan 7 perahu mainan berukuran panjang sekitar 1,5 sampai 2 meter dengan lebar 50 sampai 70 senti meter. Di dalam perahu tersebut di letakan sesajen berupa makanan, minuman dan rokok. Perahu layar ini pun dibuat menyerupai perahu nelayan warisan nenek moyang orang Pemana dan dibuat  memakai bahan gabus dan bambu.Juga di atasnya diletakan boneka dan orang – orangan yang didandani layaknya manusia. 

“ Ada 7 perahu dibuat dimana satu perahu mewakili 10 kapal penangkap ikan. Jadi di Pemana ada sekitar 70 kapal penagkap ikan, “ ungkap Haji Boy.



Sebelum di larung ke laut, setiap kelompok nelayan diminta berada di sekitar perahunya masing – masing. Kembali Yunus beserta isterinya bersimpuh di dekat perahu melafalkan doa.Satu per satu perahu pun di angkat perwakilan kelompok nelayan dan di lepas ke laut. Anak – anak nelayan berenang mendorong perahu hingga jerak sekitar 100 meter dari  bibir pantai. Satu persatu perahu yang dilarungkan terlihat mulai terbawa angin dan arus ketengah laut di sertai teriakan syukur masyarakat nelayan Pemana yang berderet di pinggir pantai.

Usai santap bersama, dilakukan berbagai acara seperti lomba perahu hias, lomba kuliner lokal, tarian daerah serta diserahkan bantuan perahu penangkap ikan dan alat tangkap dari dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Sikka. Juga diluncurkan peta laut dan potensi kekayaan laut kabupaten Sikka. Hampir semua penduduk pulau Pemana menghadiri rangkaian ritual ini dengan menumpang kapal – kapal nelayan dengan membawa makanan dan minuman. Di areal pasir putih pulau Kambing dipasang tenda – tenda dari terpal sebagai tempat berteduh.

Saka Bahari Harus Mempunyai Jiwa dan Mental Yang Hebat Guna Membangun Negara

$
0
0




MAUMERE -Pembentukan Satuan Karya Pramuka Bahari atau Saka Bahari di kabupaten Sikka yang dilantik tanggal 22 Desember 2015 untuk masa jabatan 3 tahun hingga  tahun 2018 bisa membantu generasi muda untuk memiliki semangat bela negara.Dengan adanya kepengurusan ini, siswa-siswi sekolah manengah atas khususnya sekolah maritim bisa tergabung di dalam Saka Bahari.

Hal ini disampaikan Kolonel Laut ( P ) Carmadi, Danlanal Maumere sekaligus ketua Mabisaka Bahari kabupaten Sikka kepada Cendana News, Sabtu ( 02/01/2016 ). Carmadi yang ditemui di markas Lanal Maumere menyebutkan, pramuka Saka  Bahari itu besar karena terdiri dari semua unsur maritim.Gerakan pramuka ini nantinya merupakan ekstrakurikuler wajib yang harus diikuti semua pelajar tapi tidak semuanya diwajibkan ikut Saka Bahari.  

“ Tetapi kalau SMK Maritim tentunya berkiblat ke kita karena programnya terkait kemaritiman. Selain itu bagi para pelajar lainnya yang ingin menjadi anggota tentunya kita akan menerimanya  “ ujar Danlanal Carmadi.



Kegiatan di pramuka Saka Bahari terang Kolonel Laut Carmadi meliputi  latihan baris berbaris, kedisilinanserta latihan mental ideologi.Nantinya juga tambah carmadi, ada out bond yang intinya membentuk generasi muda agar mempunyai sikap tanggap, tangguh dan trengginas dalam melakukan kegiatan. Artinya seorang anggota Saka Bahari beber Carmadi, harus betul - betul mempunyai jiwa yang hebat termasuksecara mentalnya yang hasil akhirnya membangun negara kesatuan Republik Indonesia.

“ Mereka juga diajari mencintai laut. Karena Saka Bahari tentunya membela negara dari unsur maritim “ tutur Carmadi.

Selaku Majelis Pembimbing Saka Bahari ( Mabisaka ) tambah Carmadi, diririnya mempunyai tugas memberi bimbingan, dukungan dan bantuan moril, materi dan finansial bagi pembinaan Saka Bahari Pramuka di kabupaten Sikka.Dlam menjalankan tugas selaku Mabisaka tambah Carmai, dirinya dibantu Pengurus Harian Saka Bahari dalam melaknakan setiap program yang disusun.

“Saya harapkan dengan adanya Saka Bahari para pelajar bisa lebih mencintai maritim dan mempunya semangat membela negara “ tegasnya.

Dalam kepengurusan Mabisaka Bahari, Kolonel Laut ( P ) Carmadi selaku ketua Mabisaka akan dibantu oleh Ardhy Wahyu Basuki, GM Pelindo III Cabang Maumere selaku wakil ketua, Drs. Tri Winarno,M.H selaku Sekertaris. Sedangkan Ketua harian dijabat Jusra Yuzi Irawan,SE.MM kepala KSOP Laurens Say dengan anggota Drs.Lukman,Msi Kadis Kalutan dan Perikanan serta Tribuana Watang Terah kepala Bea Cukai Maumere.

TPDI NTT Menilai Kajari Maumere Minim Prestasi

$
0
0

Meridian Dado,SH
MAUMERE- Berdasarkan hasil pengamatan Tim Pembela Demokrasi Indonesia Wilayah NTT (TPDI-NTT) yang juga dilandasi oleh suara masyarakat Kabupaten Sikka.TPDI menilai Kejaksaan Negeri Maumere minim prestasi.

Kejari Maumere dibawah pimpinan Martiul, SH oleh TPDI NTT disinyalir merupakan periode kepemimpinan yang sangat miskin prestasi dan minim gebrakan yang berani dalam hal pemberantasan tindak pidana korupsi di Kabupaten Sikka.

Tolok ukur untuk disebut sebagai kepala kejaksaan negeri yang berprestasi dan berbobot dalam memberantas korupsi disuatu kabupaten atau kotamadya adalah manakala sang Kepala Kejai berani dan bisa mengusut kasus-kasus korupsi yang pelik atau rumit penanganannya.

Demikian disampaikan Meridian Dado,SH kordinator TPDI NTT dalam press release yang diterima Cendana News,Senin (4/7/2016). Dikatakan Meridian,Kajari Martiul belum mampu membongkar kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi,elit parpol dan rekanan berduit.

“Kajari harus berani menindak tegas semua pelaku itu secara menyeluruh dan cerdas membuktikan kasus-kasus itu sampai persidangan di Peradilan Tipikor,” ungkapnya.

Kajari Maumere Martiul,SH
Kalau hanya sekedar bisa mengusut kasus-kasus korupsi yang tidak sulit pembuktiannya dan juga tidak melibatkan pelaku-pelaku kelas kakap maka tegas Meridian, itu merupakan hal yang biasa dan lumrah dilakukan oleh banyak Kepala Kejaksaan Negeri di seluruh wilayah Indonesia.

“Sangat sedikit sekali Kepala Kejaksaan Negeri di republik ini sambung Meridian,yang sanggup membawa dan membuktikan kasusnya sampai di Peradilan Tipikor,” tukasnya.

Beberapa kasus korupsi yang telah dan sedang ditangani oleh pihak Kejaksaan Negeri Maumere dibawah komando Kajari Martiul,SH bebernya yakni kasus korupsi dana PNPM Nelle kasus Proyek MCK, kasus Pasar Alok,kasus Proyek Alkes,kasus Proyek Hunian Pengungsi dan kasus Proyek Alat Peraga.

Khusus untuk kasus korupsi Proyek Pasar Alok dan Proyek Alkes papar Meridian,Kajari Martiul, SH sejauh ini gagal total membuktikan kasus-kasus itu di Peradilan Tipikor sehingga pelaku-pelakunya diputus bebas dan tidak terbukti melakukan tindak pidana korupsi.

Sedangkan untuk kasus korupsi dana PNPM Nelle dan Proyek MCK.kasus –kasus ini merupakan kasus-kasus yang mudah untuk dituntaskan dan gampang dibuktikan namun prosesnya justru terkesan tidak tuntas menjerat pelaku-pelaku lainnya yang juga terlibat.

“Sinyalemen miskin prestasi dan minim gebrakan berani dalam pemberantasan korupsi di kabupaten Sikka bisa sirna kalau Kajari Martiul berani mengungkap tuntas semua pelaku yang terlibat dalam kasus-kasus korupsi besar dan pelik di Kabupaten Sikka,” pungkas Meriidian.

Ebed de Rosary
Wartawan Cendana News

Umat Muslim di Sikka Akan Gelar Takbiran Tanpa Arakan Keliling Kota

$
0
0

H.Abdul Rasyid Wahab ketua MUI kabupaten Sikka.

MAUMERE –Menyambut hari raya Idul Fitri 1437 H yang akan terjadi besok Rabu (6/7/2016) umat Muslim yang ada di kabupaten Sikka akan melaksanakan takbiran.Namun takbiran yang dilakukan hanya terjadi di komplek masjid di masing-masing daerah.

“Nanti malam kami adakan takbiran namun hanya diadakan di dalam kompelk di dekat masjid saja tidak ada pawai kekiling kota,” ujar Ketua MUI kabupaten Sikka H.Abdul Rasyid Wahab saat ditemui Cendana News,Selasa (5/7/2016).

Dikatakannya, besok pagi jam 06.00 wita akan ada shalat Idul Fitri di lapangan umum Kota Baru Maumere yang diikuti umat Muslim dari 6 masjid di kota Maumere.Sementara untuk wilayah  timur dipusatkan di Geliting dan wilayah barat di Wuring dan Nangahure.

“Umat Muslim tetap mengadakan sholat di daerah mereka tapi tidak  menutup kemungkinan ada umat yang ingin sholat di lapangan Kota Baru juga,” ungkapnya.

Situasi setiap tahun saat Idulf Fitri berbeda sebutnya tetapi tahun 2016 perayaan dul Fitri dilaksanakan bersamaan baik oleh umat muslim dari Muhamadiyah maupun NU. 

Masjid Jami Darussalam di kelurahan Waioti Maumere.
 Rasyid juga menghimbau agar semua umat Muslim di Sikka besok pagi datang ke lokasi shalat dengan tenang,tertib dan juga membina silaturahmi antar sesama umat Muslim maupun dengan umat beragama lain dimana saja berada.

Agama mengajarkan lanjutnya seperti tertulis dalam Alquran,”akan ditimpa oleh Quran,akan ditimpa kehinaan dimana saja kalian berada kecuali tetap menjaga hubungan yang baik dengan Allah melalui ibadah dan hubungan antar sesama mnusia melalui silahturahmi”.

“ Hari raya ini kita harus rayakan dengan hati bersih tidak ada lagi rasa dendam,dengki dan tidak merasa enak dengan sesama atau bermusuhan,” pesannya.

Warga kelurahan Beru ini mengatakan,Alhamduillah selama ini kehidupan toleransi beragama di kabupaten Sikka berjalan dengan baik.Pengurus di Forum Kerukunan Umat Beragama kabupaten Sikka ini menyebutkan,sejak dahulu kerukunan beragama di Sikka berjalan dengan baik bukan baru sekarang .

Tema perayaan Idul Fitri di kabupaten Sikka tahun ini terangnya,dengan perayaan Idul Fitri kita bisa menjadi umat satu Sikka yang mandriri dan sejahtera baik paribadi maupun di dalam kelompok. Perbedaan pendapat di kalangan umat selalu ada namun saat ini semua serba terbuka,tidak ada perbedaan semua tetap satu 

“Sebagai ketua dan pegurus MUI kabupaten Sikka  saya mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri mohon maaf lahir bathin semoga Allah SWT memberikan berkat berlimpah kepada kita semua,” pungkasnya.

Ebed de Rosary
Wartawan Cendana News.Com



Saat Lebaran,Harga Ayam Potong di Pasar Alok Tetap Stabil

$
0
0

Nong Mans pedagang ayam potong di pasar Alok Maumere.

MAUMERE – Penjualan ayam potong hidup di los ayam pasar Alok Maumere hingga saat hari raya Idul Fitri 1437 H, belum mengalami kenaikan berarti.Selain itu,permintaan akan ayam potong pun tidak mengalami lonjakan yang drastis.

“Stok ayam potong masih banyak tersedia.Memang ada kenaikan tapi paling hanya 5 ribu sampai 10 ribu rupiah seekornya,” sebut Nong Mans saat ditemui Cendana News di los ayam miliknya Rabu (6/7/2016).

Pemilik los ayam Fecar ini mengatakan ayam potong ukuran kecil dijual seharaga 50 ribu rupiah sementara ukuran besar dihargai 60 ribu rupiah.
Bila hari biasa lanjutnya,dalam sehari bisa terjual 10 sampai 15 ekor ayam namun saat menjelang Lebaran dan Lebaran kali ini bisa laku 50 sampai 100 ekor ayam.

“Paling banyak laku saat hari raya Natal dan Tahun Baru dimana stok ayam kami bisa kosong dan harus ambil dari luar kabupaten Sikka,” terangnya.


Los ayam di pasar Alok Maumere beber Nong Mans,terdiri atas 28 los yang menjual ayam potong hidup.Di los ayam ini juga dilayani pembersihan bulu ayam dan dipotong sesuai ukuran.Pihaknya juga menghantar pesanan ayam ke pembeli.

“Kalau di los dalam pasar ada 2 tempat lagi tapi mereka menjual ayam yang sudah mati dan dipotong sesuai permintaan,” paparnya.

Penjualan ayam potong di Maumere jelas Nong Mans lebih baik jika dibandingkan dengan kabupaten tetangga di Flores seperti Ende dan Larantuka.Pengusaha ayam potong di Maumere juga sangat banyak sehingga ayam dari Maumere kadang dijual ke kabupaten lain di Flores.

Benediktus Ware salah seorang pembeli ayam kampung yang ditemui di los pasar Alok mengatakan,harga ayam kampung masih tetap sama seperti hari biasa.Untuk satu ekor ayam bisa dijual dengan harga 100 sampai 200 ribu rupiah tergantung besar kecil dan berat ayam.

Harga yang dipatok penjual pun bebernya masih bisa ditawar.Stok ayam kampung di pasar Alok yang berada di dekat pintu keluar cukup dan berbagai jenis ayam kampung dijual disini.Biasanya ayam jantan dijual lebih mahal apalagi yang akan dipakai untuk sabung ayam.

Disaksikan Cendana News di los ayam pasar Alok Maumere,pembeli ayam potong maupun ayam kampung hanya beberapa saja.Ada juga satu dua pembeli yang membeli ayam potong dalam jumla besar untuk pesta.

(Ebed de Rosary)
 Wartawan Cendana News.Com
 


Kabupaten Sikka Merupakan Supermarketnya Bencana

$
0
0

Kepala Basarnas NTT, Ketut Gede Ardana,SE (tengah)

MAUMERE -Kabupaten Sikka di provinsi NTT merupakan supermarketnya bencana.Berbagai bencana kerap terjadi di daerah ini dan bisa dibilang lengkap semisal gunung meletus,kecelakaan kapal laut,tsunami dan gempa bumi,banjir bandang dan lainnya.

Hal ini yang menyebabkan rapat kordinasi yang diselenggarakan Basarnas NTT untuk wilayah Flores dan Lembata dipusatkan di Maumere.

Rapat selama sehari yang dibuka kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Felicianus Henry Bambang Soelistyo, S.Sos,Kamis (30/6/2016) ini dihadiri kepala BPBD se Flores dan Lembata,BMKG,serta instansi pemerintah daerah.

Demikian disampaikan Kepala Basarnas NTT, Ketut Gede Ardana,SE saat ditemui Cendana News usai kegiatan.Setiap tahun berdasarkan data musibah yang dimiliki SAR NTT,sebut Ardana,kabupaten Sikka sering terjadi bencana.Kapal nelayan sering mengalami kecelakaan.

Rapat juga digelar ujar pria asli Bali ini,guna memberikan pemahaman tentang UU.No.29 tahun 2014 tentang pencarian dan pertolongan.Juga dijelaskan tentang peran dan tugas Basarnas dimana Basarnas hadir saat tanggap darurat.Ada proses penyelamatan dan ada proses evakuasi.

“Saya menghimbau kepada berbagai  pemrintah daerah,apabila ada himbauan dari BMKG terkait cuaca ekstrim kita perlu menghimbau kepada para nelayan untuk berhati-hati,” pesannya.

Ardana juga meminta agar masyarakat dan pemerintah daerah,bila mengalami bencana segera menghubungi emergency call SAR terdekat atau kantor pusat di nomor (021) 115 atau sesuai kode wilayah daerah dan bisa juga mendatangi kantor SAR.


Personil SAR di pos SAR Maumere maupun Labuan Bajo tegas Ardana sudah dilengkapi peralatan penyelamatan dan evakuasi.Selain itu,untuk kedua pos ini akan ada tambahan Rescue Boat 380 yang akan melintasi perairan dari Labuan Bajo ke Sikka dan sekitarnya.

Selain itu,tambahnya,ada penambahan Rescue Truck serta peralatan penyelamatan dan evakuasi saat terjadi letusan gunung berapi.Untuk itu harap Ardana,personil SAR diminta menjalankan tugas dengan baik sesuai bekal keahlian dan prosedur standar yang dutetapkan.

“Kami harapkan kerjasama dari masyarakat dan pemrintah daerah agar saat ada bencana bisa menginformasikan ke pos SAR supaya cepat diambil tindakan penyelamatan atau evakuasi,” pintanya.


Provinsi NTT Peringkat 4 Daerah Rawan Bencana

$
0
0



MAUMERE –Provinsi NTT menempati peringkat 4 indeks rawan bencana nasional.Dengan skor indeks rawan 187,provinsi NTT berada di bawah provinsi Jawa Tengah dengan skor 203,Jawa Barat 200 serta Jawa Timur yang memiliki skor 189.

Demikian ditegaskan Abraham Djumina Sekertaris BPBD provinsi NTT,Kamis (30/6/2016) saat rakor penanganan bencana yang dihadiri perwakilan dari daratan Flores dan Lembata.

Dikatakan Abraham,dengan mengantongi skor ini,provinsi NTT termasuk salah satu dari 11 provinsi yang termasuk klasifikasi tinggi soal kerawanan bencana.

“Tingkat kebencanaan di NTT tinggi sehingga perlu diambil langkah untuk mengantisipasi dan pesiapan untuk melakukan penyelamatan dan evakusi bila terjadi bencana,” tegasnya.

Untuk pulau Timor lanjutnya,ancaman bencana terdiri dari tanah longsor,banjir,kekeringan,angin puting beliung dan kebakaran.Sementara untuk pulau Flores bagian barat ancamannya berupa KLB,banjir,kekeringan dan konflik sosial

Khusus wilayah Flores bagian timur,ancaman bencananya lebih beragam meliputi tanah longsor,gunung meletus,puting beliung,gelombang pasang,gempa bumi dan tsunami serta konflik sosial.

Pulau Sumba terdata ancaman bencananya meliputi kekeringan,angin kencang,hama,banjir,tanah longsor,KLB DBD dan konflik sosial sementara pulau Sabu memiliki ancaman bencana kekringan,angin kencang,tanah longsor dan banjir.


Selain itu untuk pulau Rote,ancaan bencana yang terdeteksi meliputi puting beliung,kekeringan,kecelakaan laut dan banjir sementara pulau Alor ancamannya terdiri atas puting beliung,banjir,gelombang pasang,gempa dan tsunami.

“Provinsi NTT memiliki 13 jenis bencana yakni gempa bumi,tsunami,gunung meletus,banjir,tanah longsr,angin puting beliung,kekringan,kebakaran,epedemi,wabah dan KLB,kegagalan teknologi serta gagal modernisasi dan konflik sosial,” paparnya.

Untuk itu sebut Abarham,perlu ada kordinasi terkait proses pencegahan,penanganan dan sesudah bencana antar instansi BPBD,Dinsos,Dinkes,Dinas PU,Polres,Kodim,Satpol PP,Setda dan LSM sehingga tidak tumpang tindih dan over kewenangan.

Dengan demikian,tandasnya,filosofis penanggulangan bencana yakni jauhkan masyarakat dari bencana,jauhkan bencana dari masyarakat,hidup harmoni dengan bencana dan mengutamakan kearifan lokal dalam penanganan bencana bisa terwujud.

(Ebed de Rosary) 


urun di Pelabuhan Laurens Say,Penumpang Diminta Waspada

$
0
0



MAUMERE – Penumpang kapal Pelni KM.Bukit Siguntang,Lambelu,Umsini dan Nggapulu yang tiba dan berangkat melalui pelabuhan Laurens Say Maumere diminta meningkatkan kewaspadaan.

Selain itu,para penumpang pun dihimbau untuk memperhatikan diri sendiri dan barang bawaan dan bila menemukan ada pungutan iar (pungli) atau tarif yang tidak wajar segera melapor ke petugas di pos pengamanan di areal pelabuhan.

Demikian disampaikan Kepala Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Laurens Say Maumere,Jasra Yuzi Irawan,SE.MM saat ditemui Cendana News di kantornya,Jumat (1/7/2016).
Dikatakan Jasra,dengan situasi kesemrawutan yang terjadi di dalam pelabuhan,pihaknya berharap penumpang bisa lebih berhati-hati.

Porter di pelabuhan Laurens Say,sebutnya,sering mengenakan tarif tinggi bahkan di luar kewajaran karena tidak ada tarif standar.Porter sesuka hati memberikan tarif,dan pihak Syahbandar sering menangkap dan memberikan peringatan namun masih ada saja porter yang berulah sehingga memicu pertengkaran dengan penumpang kapal yang baru tiba.

“Kami sering tangkap tangan dan selesaikan serta mengancam jika berbuat kembali akan dicabut identitasnya.Tapi kalau kami lengah mereka akan beraksi lagi namun kami juga tidak bosan-bosan melakukan rasia,”ujarnya.

Penumpang juga dihimbau Jasra untuk tidak membawa banyak barang sebab selain merepotkan,tangga naik dan turun dari kapal sangat sempit sehingga kerap menyulitkan penumpang.Selain itu tambahnya, penumpang jangan memakai barang-barang perhiasan yang mencolok sehingga mengundang orang lain untuk melakukan pencurian.



Khusus di pelabuhan Laurens Say bebernya, ada kecenderungan saat ada  kapal penumpang tiba,angkutan kota,ojek sepeda motor dan angkutan antar kabupaten juga masuk ke areal pelabuhan dan memarkir kendaraan sesuka hati. Harusnya kata Jasra,ada terminal sendiri sehingga kendaraan bisa berhenti di terminal tersebut.

“Dalam penataan embarkasi penumpang kami mengalami sedkit kendala sebab di pelabuhan ini, pintu masuk dan keluar cuma satu,” ungkapnya.

Kejadian yang sering dialami ini mebuat pihak Syahbandar,sebut Jasra,ke depannya akan bekerjasama dengan DLLAJR sehingga angkutan tersebut tidak boleh masuk ke pelabuhan.

Pihaknya juga berkordasi dengan Pelni,Dinas Perhubungan,KP3,AL,Satpol PP,Bea Cukai dan Imigrasi serta team SAR dengan mendirikan pos pelayan di areal pelabuhan.

“Jika mengalami kendala atau kejadian yang merugikan kami minta penumpang segera melapor ke pos pelayanan dan pengamanan di pelabuhan,” pungkasnya.

Ebed de Rosary
wartawan Cendana News.Com

Ditinggal Suami Monika Hidup di Gubuk Reot

$
0
0


LARANTUKA – Sungguh mengenaskan nasib Monika Gelu Lewar (56) warga Rt 10 RW 05 Uralete Kama desa Lewonama kecamatan Solor Barat kabupaten FloresTimur.Di tahun 2012,sang suami pergi meninggalkan dirinya .Rumah sederhananya semakin tahun kian merana diterpa hujan dan angin.

Saat ditemui Cendana News,Kamis (21/7/2016) di samping rumahnya Monika terlihat meneteskan air mata saat ditanyai mengenai kondisi rumahnya.Dirinya mengaku tak mampu memperbaiki rumahnya dan hanya memanfaatkan kayu seadanya menjadi rangka atap  dan daun lontar sebagai atap.

“Saya mencoba memperbaiki sendiri semampu saya namun hujan dan angin kencang membuat rumah kian rusak,” ujarnya.

Dirinya terpaksa tinggal di sebuah kamar yang dibangun seadanya di bagian belakang  yang juga berfungsi sebagai dapur.Pakaian yang  rusak terkena hujan dan lumpur akhirnya dibiarkan tergeletak di bagian dalam rumah.


Monika mengaku tinggal bersama anak perempuannya Diansiana Dawan Werang yang baru saja tamat SMA dan ke empat cucunya.Anaknya yang lain merantau ke Malaysia dan tidak kembali sehingga praktis 4 orang cucu yang masih berusia sekolah dasar terpaksa diasuhnya.

Untuk membiayai hidup dirinya harus berjualan pucuk daun lontar setiap hari Jumat di pasar Waiwadan kecamatan Adonara Barat.Sekali berjulan Monika yang sudah dua kali ditinggal suami ini mendapat untung 100 ribu rupiah.

“Setelah dipotong ongkos kapal motor dan lainnya,paling saya hanya bawa pulang uang 50 ribu rupiah saja,” tuturnya seraya meneteskan air mata.

Untuk menambah penghasilan,Monika pun terpaksa menanam jagung di kebunnya yang luasnya sekitar setengah hektar.Dirinya mengakui,rumah yang ditempati tersebut sejak dibangun belum pernah diperbaiki.
‘Bagaimana saya mau bangun rumah pak,buat makan anak dan cucu saja saya sudah kewalahan,” tuturnya  terbata.

Monika merasa terbantu dengan adanya beras Raskin yang diterimanya setiap 3 bulan sekali.Dengan membayar uang 1.200 rupiah sekilonya,dirinya bisa mendapatkan jatah beras sebanyak 25 kilogram.


Perempuan tegar ini merasa bersyukur karena saudarinya pergi merantau bersama suami sehingga dirinya diperbolehkan menetap sementara di rumah saudari tersebut yang hanya berjarak sekitar 5 meter sebelah selatan rumahnya.

“Saya disuruh mengurus juga anak mereka.Tapi kalau mereka kembali dan tinggal di kampung,saya terpaksa kembali tinggal di rumah saya,”sebutnya.

Disaksikan Cendana News,rumah yang ditempati Monika berukuran 6x4 meter dengan kondisi yang sangat tidak layak huni.Sebagian atap bagian depan sudah ambruk.Selain itu,dinding rumah dari bambu belah pun sudah banyak yang rusak.

Beberapa seng bekas, dipakai untuk menutupi sebagian atap di bagian dapur yang dipakai sebagai tempat berteduh.Bangunan pondasi di samping timur rumah terlihat dibiarkan terlantar.

Menurut Monika,pondasi rumah ini dibangun suaminya namun tidak dilanjutkan karena suaminya mengaku pergi menjadi kuli bangunan di kota Larantuka 4 tahun lalu (2012) namun tidak pernah kembali lagi.

(Ebed de Rosary)

Wartawan CDN (cendananews.com)

Suami Meninggal Akibat Kebakaran,Nenek Renta Hidup Bersama 10 Anak dan Cucu

$
0
0

Kebakaran rumah di dusun Senoda Wai Ono desa Pamakayo kecamatan Solor Barat yang terjadi bulan November 2011 merenggut nyawa Silvester Lewonama Kolin.


Semenjak ditinggal suami,Barbara Beto Kewohon (75) harus hidup sendirian bersama anak,menantu dan 7 orang cucunya.Hidup miskin tanpa pekerjaan membuat satu rumah sederhan berukuran 4x6 meter dihuni 10 anggota keluarga.

“Kami hidup dari hasil kebun dan menjual batu pecah,” ujar Barbara sesegukan.

Barbara bersama penghuninya ditemui Cendana News,Kamis (21/7/2016) sore di rumahnya,Dikatakannya,dirinya bersama anak,menantu dan ke 7 cucunya saban hari bekerja sebagai pemecah batu di bukit sebelah timur sejauh 1 kilometer dari rumahnya.

“Cucu saya juga ikut bekerja juga usai pulang sekolah.kami juga cari kayu bakar di hutan untuk dijual karena batu pecah hanya dibeli saat ada pengerjaan proyek pemerintah di pulau Solor,”ungkapnya.

Dalam sehari keluarga ini mampu menjual batu pecah sebanyak satu kubik sedangkan jika rajin mereka mampu menghasilkan dua kubik batu pecah.Batu tersebut dijual seharga 250 ribu rupiah.


Selain itu,Barbara beserta anggota keluarga juga mengharapkan hasil panen jagung setahun sekali di ladang berbatu seluas sekitar 1 hektar diatas bukit gersang sebelah selatan kampung.

Dalam rumah sederhana berdinding bambu belah (Keneka) beratap seng ini,selain Barbara juga tinggal anaknya Petronela Hingi Kolin (34) bersama suaminya Anselmus Lede Sengo (47) serta kelima anak mereka.

Juga tinggal dua cucunya dari anak perempuannya Yuliana Laga Waen Kolin yang dititipkan padanya.Yuliana bersama sang suami pergi merantau ke Malaysia meninggalkan 4 orang anak dimana 2 anak lainnya tinggal bersama orang tua sang suami.

Rumah yang ditempati 10 jiwa tersebut menurut penuturan kepala desa Pamakayo Valentinus Odiama Kein bahan bangunannya sebagian berasal dari bantuan warga sekitar.Warga juga bergotong royong membangun rumah tersebut untuk ditempati Barbara sekeluarga.

Sejauh ini kata Valens,keluarga ini belum mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk membiayai sekolah 7 cucu Barbara yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

Ditambahkan Barbara,pegawai dari dinas Sosial,Tenaga Kerja dan Transmigrasi Flores Timur pernah menyambanginya dan mengambil data guna diberikan bantuan namun belum juga terelisasi.

“Setelah mengambil data mereka tidak kemari lagi.Petugas dari desa pun pernah janji mau beri bantuan dana Anggur Merah namun itu pun hanya janji manis saja,” ungkapnya kesal.

(Ebed de Rosary)

Wartawan CDN (cendananews.com)


Rumah Berlubang,Katarina Sekeluarga Menumpang di Saudara

$
0
0




LARANTUKA –Rumah besar berukuran 8x6 meter tersebut berada di tepi pantai di desa Lewo Nama kecamatan Solor Barat kabupaten Flores Timur.Rumah setengah tembok berdinding bambu belah (Keneka) ini dibiarkan terlantar.

Hampir sebagian tembok rumah sudah rubuh dan berlubang.Beberapa lembar seng sudah berlubang.Pintu dan rangkanya tergeletak di bagian tengah rumah.Beberapa dinding bambunya juga sudah terlepas.

Katharina Kewa Jawa pemiliknya saat ditemui di dekat rumahnya,Jumat (22/7/2016) mengaku sejak suaminya merantau 5 tahun lalu ke Malaysia,sejak itu tidak ada kabar berita.Informasi yang didapat dari warga desa yang juga merantau di Malaysia menyebutkan sang suami sudah beristeri lagi.


“Dia pergi meninggalkan anak-anak yang masih sekolah dan masih kecil sehingga saya terpaksa yang mengasuh dan mencari nafkah,”ujarnya.

Katharina sapaannya mengakui,selain mengandalkan jagung dan singkong yang ditanam di kebun seluas hampir setengah hektar dirinya pun harus membuat jagung Titi (jagung yang dititi atau ditumbuk dengan batu hingga berbentuk ceper) untuk dijual.

“Saya jual jagung satu toples seharga 10 ribu rupiah,sehari kadang bisa jual dua toples saja,” ungkapnya.

Selain itu,ibu 4 orang anak ini pun harus mengisi air di drum milik tetangga.Satu drum dihargai 10 ribu rupiah dan dirinya mampu menghasilkan uang 20ribu rupiah sehari.Kalau ada pengerjaan proyek jalan atau jembatan di pulau Solor,dirinya baru menjual batu pecah.

“Jagung dan Singkong dari kebun kadang kami makan kalau tidak ada uang buat beli beras.Kalau makan kami bisa cari tapi untuk biaya sekolah anak-anak saya kadang menunggak,” ungkapnya.

Bantu Bangun Rumah

Saat ditemui di rumahnya yang sudah tak terpakai,Katharina ditemani ketiga anaknya.Dirinya mengaku memiliki 4 anak dimana putri sulung beranama Adriana Werin Lewar (20),anak kedua  Fransiskus Paru Lewar (18) siswa SMK St.Mikael Lewo Nama kelas 2.Anak ketiga bernama Antonius Lapan Lewar (13) kelas 6 SD Inpres Pamakayo serta si bungsu bernama Seviana Tobi Lolon Lewar (6).

Sejak 3 tahun silam,rumah Monika praktis tidak bisa ditinggali karena rusak parah.Sehari-hari dirinya bersama 4 anak menumpang di rumah mama besar (kakak peremuan besar).Sang kakak tidak meminta uang hanya mereka harus mencari makan dan memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri sebab sang kakak pun hidupnya sangat susah.

Frans anak keduanya,saat ditanyai mengakui sering kerja membangun jalan,jembatan atau lainnya usai pulang sekolah demi membiayai sekolahnya dan biaya adik-adiknya.Dirinya kasihan bila sang ibu harus berjuang sendiri membesarkan mereka.

“Saat  SD saya dapat bantuan dana Bantuan Operasional Sekolah dan  katanya di SMA dapat Kartu Indonesia Pintar.Kalau dapat bantuan,mama bisa terbantu,” ungkapnya.


Frans berharap agar pemerintah bisa membantu memperbaiki rumah mereka yang rusak agar keluarga mereka bisa tinggal di rumah sendiri.Bila terus menumpang di rumah keluarga,Frans mengaku akan membebani mama  besarnya.

“Kaau bisa pemerintah bantu kami bangun rumah dan bantu biaya sekolah kami biar bisa mengurangi penderitaan mama,” pintanya.

Pemerintah desa tambah Katharina,tidak mendata keluarga mereka agar bisa mendapatkan bantuan.Dinas Sosial,Tenaga Kerja dan Transmigrasi kabupaten Flores timur pun tidak pernah turun ke desa dan mendata warga yang sangat miskin untuk diberikan bantuan.

Terkdang Katharina mengaku harus menunggak uang sekolah anak-anaknya karena uang yang didapat lebih diprioritaskan untuk membeli beras.Dia mengaku memleihara seekor babi untuk dijual bila butuh uang membeli beras dan biaya sekolah.

“Saya sungkan bila tinggal terus dengan saudara,tapi mau bagaimana lagi,kami ini orang miskin,buat makan saja susah apalagi harus perbaiki rumah,” pungkasnya.

Ebed de Rosary

Wartawan CDN ( cendananews.com )


19 Tahun Menderita Hidrosefalus,Vance Setia Menanti Uluran Tangan

$
0
0



LARANTUKA– Perjumpaan dengan Vance sapaan akrabnya merupakan sebuah kebetulan.Mungkin ini yang disebut jalan dari Yang Maha Kuasa.Ketika hendak mengambil sepeda motor yang diparkir di halaman rumah warga usai meliput,Cendana News menemukan Vance sedang duduk di tanah di samping sepeda motor.


Rupanya tanah kosong tempat memarkir sepeda merupakan halaman rumah keluarganya.Vance sapaan anak lelaki bernama Paskalis Boli Lewar ini duduk di tanah berdebu dengan kondisi kedua kaki yang mengecil dan sulit digerakan.Rupanya Vance menderita Hidrosefalus,penyakit kepala membesar.


Vance yang lahir di Lewonama 30 Maret 1997 senang saaat diajak berbincang.Dirinya mengaku senang menyanyi dan menonton televisi.Mengenakan baju kaus dan celana lusuh,dirinya tetap tersenyum dan lancar berbicara dalam Bahasa Indonesia.


Petrus Lamakera Lewar (45) ayah Vence kepada Cendana News saat ditemui di rumahnya Kamis (21/7/2016) sore mengatakan,sejak umur 5 bulan Vance sudah mengalami gejala penyakit ini.Kedua orang tuanya membawa anak sulungnya ke  RSUD Larantuka dan disarankan dokter agar segera dilakukan operasi di Surabaya.


“Kami orang susah tidak punya uang sehingga kami hanya bisa pasrah dan berdoa saja.Kondisi kepala anak saya semakin lama semakin membesar dan kedua kakinya pun akhirnya mengecil dan lumpuh,” ujarnya.


Dikatakan Petrus,pernah ada sebuah yayasan membantu kursi roda namun kursi roda tersebut hanya dipakai setahun saja dan rusak.Pihak pemerintah sebutnya tidak pernah menjenguk dan memberikan bantuan kepada keluarga ini.


Dirinya menuturkan,meski kondisi Vance tidak normal namun anaknya tersebut masih bisa mandi dan ke kamar kecil sendiri meski dengan merangkak.Vance pun bisa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri dan juga memasak saat orang tuanya ke kebun.


“Kalau kami ke kebun dia sering masak makanan sendiri,memberi makan hewan peliharaan dan juga menyapu halaman rumah,” tuturnya menahan haru.


Petrus mengakui,dirinya hanya memiliki kebun dengan luas di bawah satu hektar yang hanya ditanami jagung setahun sekali.Jagung ini yang dipakai untuk konsumsi seluruh anggota keluarga selama setahun dicampur dengan beras.


Selain bertani,suami dari Lusia Lou Herin (44) ini juga memiliki keahlian sebagai tukang bangunan yang mampu membangun sebuah rumah sendirian.Petrus mengakui rumah yang ditempati merupakan karya tangannya.

Jika musim proyek pemerintah dirinya sering mendapat panggilan kerja.Tapi terkadang juga ada masyarakat yang memanfaatkan jasanya untuk membangun rumah.Uang yang didapat meski tidak pasti diakui Petrus bisa menambah penghasilan keluarga.


“Waktu dapat proyek uangnya saya sisihkan untuk beli parabola dan televisi biar Vance bisa menonton televisi.Kasihan bila setiap malam dia harus ke tetangga untuk menonton televisi,” ungkapnya.


Selain Vance,Petrus dan Lusia memiliki anak kedua bernama Polikarpus Belega Lewar (14) yang masih duduk di bangku SMP kelas 2.Juga ada Baltasar Suban Lewar (9) kelas IV SD Inpres Pamakayo dan Matilidis Buku Dawan Lewar (6) kelas 1 di SD yang sama.


Keluarga yang menetap di RT 11 RW 06 desa Lewonama kecamatan Solor Barat kabupaten Flores Timur ini berharap jika memang anaknya masih bisa dioperasi dan ada orang yang membantu biayanya mereka sangat bersyukur.Lusia sang ibunda juga mengharapkan ada yang bisa membantu kursi roda buat anaknya.


“Kami kasihan kalau dia harus merangkak terus.Kalau ada yang membantu kursi roda kami sangat berterima kasih,” tutur Lusia sambil tertunduk.


Disaksikan Cendana News,kediaman keluarga ini merupakan rumah semi permanen berdinding bambu belah dan beratap seng.Keluarga ini pun memelihara dua ekor babi yang juga diijual untuk memenuhi kebutuhan keluarga.


Untuk diketahui,Hidrosefalus (hydrocephalus), berasal dari kata hydro yang berarti air dan cephalus yang berarti kepala.Penyakit ini merupakan salah satu jenis penyakit bawaan yang cukup  sering terjadi pada bayi yang baru lahir atau balita.  .

Namun, penyakit ini dapat juga terjadi pada anak yang lebih besar dan pada orang dewasa, yang tentunya tidak lagi memperlihatkan bentuk kepala yang membesar, karena tulang tengkorak sudah keras dan persambungan antara bagian-bagian tulang tengkorak telah menutup.


Penyakit ini pun selain membuat kepala membesar,juga menyebabkan kedua kaki pasien mengecil dan mengalami kelumpuhan.


(Ebed de Rosary)

Wartawan CDN ( cendananews.com ) 

Transparansi Pengelolaan Anggaran Hantar Desa Nita Menjuarai Lomba Desa Tingkat Provinsi

$
0
0



MAUMERE–Desa Nita kecamatan Nita kabupaten Sikka meraih juara pertama dalam lomba antar desa se kabupaten Sikka dan provinsi NTT.Desa Nita juga diutus mewakili provinsi NTT dalam lomba di tingkat nasional.


Pada tingkat nasional,desa Nita bersaing dengan utusan desa lainnya di regional IV meliputi provinsi Bali,NTB,Maluku,Maluku Utara,Papua dan Papua Barat.Dari penilaian sementara,desa Nita berada di peringkat ke-6.


Demikian disampaikan kepala Badan Pemberdayaan Masayarakat (BPM) kabupaten Sikka.Dra.Martha Huberty Pega saat ditemui Cendana News,Senin (1/8/2016).Dikatakan Martha,tim evaluasi perkembangan desa dan kelurahan regional IV sudah turun ke desa dan melakukan penilaian fisik.


“Kami harapkan desa Nita bisa meraih prestasi memuaskan di tingkat nasional,” ujarnya.


Dijelaskannya,lomba desa atau kelurahan ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memajukan desa dan kelurahan lewat evaluasi yang dilakukan secara berjenjang.Team dari Kemendagri sudah turun ke desa Nita melakukan penilaian.


“Bila hasil penilaian memuaskan maka kepala desa akan diundang untuk mempresentasikan keberhasilannya di tingkat pusat guna dinilai desa mana yang terbaik tingkat nasional,” ungkapnya.


Ditambahkan mantan kepala Badan Ketahanan Pangan kabupaten Sikka ini,penilaian dilakukan meliputi 3 bidang yakni pemerintahan,kewilayahan dan kemasyarakatan.Kepala desa Nita sebutnya,memiliki banyak kreatifitas dan inovasi dalam penyelenggaran pemerintahan.


“Semua Perda dan Perbup sudah dijabarkan dalam peraturan desa dan peraturan kepala desa.Selain itu pengelolaan keuangan desa juga dilakukan secara transparan,” bebernya.



Dicontohkan Martha,pengelolaan keuangan dan APBDes dilakukan secara transparan dimana semuanya dicetak di baliho guna ditempelkan di kantor desa dan beberapa fasilitas umum seperti polindes,sekolah dan lainnya.


Selain itu tambahnya,juga ada brosur yang ditempelkan di papan informasi dan dibuatkan leaflet yang dibagikan kepada seluruh masyarakat desa Nita.


“Jadi masyarakat bisa mengetahui detail pembangunan dan pemakaian keuangan desa dan bisa memantaunya,”terangnya.


Dalam berbagai kegiatan dan pengambilan keputusan,masyarakat dan BPD selalu dilibatkan.Kantor desa dijadikan rumah desa sehingga masyarakat merasa memiliki kantor tersebut.Rumah desa ini melambangkan harmoni desa membangun.


“Kepala desanya sangat kreatif,inovatif dan mau mendengarkan.Hubungan antara kepala desa dan BPD terjalin baik dimana mereka saling melengkapi dan komunikasi berjalan baik,” pungkasnya.


(Ebed de Rosary)

Wartawan CDN- CendanaNews,Com

Satu Abad SDK Wetakara Momen Refleksi Melahirkan Pemimpin

$
0
0



MAUMERE –SDK Wetakara desa Watuliwung kecamatan Kangae kabupaten Sikka memasuki usia satu abad.Sekolah yang didirikan 1 Agustus tahun 1916 ini menjadi salah satu SD tertua di Sikka.

Usia satu abad dijadikan moment refleksi agar ke depannya SDk Wetakara bisa melahirkan pemimpin bukan pejabat.Pemimpin yang mempunyai hati dan karakter menyelesaikan masalah.

Demikian disampaikan Drs.Epe Epelinus alumni sekaligus ketua panitia perayaan satu abad SDK Wetakara kepada Cendana News,Senin (1/8/2016).Dikatakan Epe,pihaknya sadar SDK Wetakara baru menghasilkan siswa yang memilki pekerjaan dan sukses.

“Sekolah ini belum menghasilkan pemimpin sehingga ke depannya kami mempunyai keinginan sekolah ini bisa melahirkan pemimpin,” ujarnya.


Dikatakan Epe,para alumni,guru dan orang tua murid menyadari ini sehingga ke depannya sekolah ini harus memayungi,mengarahkan pendidikan anak sejak awal.Anak-anak sebutnya,diarahkan kemana mereka memilih jurusan,bukan sekedar sekolah saja.

“Kendalanya sejak dulu pendidikan anak tidak diorganisir secara bagus sehingga anak-anak memilih jurusan berdasarkan suara hati dan terpengaruh teman atau orang tua,” tuturnya.

Sekolah dan orang tua kritik Epe,belum menghantar anak didik memilih jurusan berdasarkan bakat dan minat serta kemampuan keuangan orang tua.Jangan hanya memilih jurusan yang sama seperti menjadi guru dan bidan saja tapi ada pekerjaan lain dan itu mesti diarahkan sejak dini.

Dirinya memaparkan,minat pendidikan di wilayah Wetakara desa Watuliwung dan beberapa desa tetangga di kecamatan Kangae sangat tinggi.Di tengah kesulitan ekonomi dimana masyarakat hanya mengandalkan asam,mente dan hasil penjualan arak untuk membiayai kehidupan,pendidikan tetap menjadi prioritas.

Sementara itu ketua DPRD Sikka Rafael Raga,SP dalam sambutan saat perayaan syukur berharap agar ada dana abadi yang dikumpulkan dan dikordinir sebuah yayasan atau lembaga di wiayah desa Watuliwung atau kecamatan Kangae untuk bisa membantu biaya pendidikan bagi anak-anak yang orang tuanya tidak mampu.

“Untuk merubah kehidupan tidak ada cara lain selain melalui pendidikan.Untuk itu harus ada investasi di bidang pendidikan,” tuturnya.

Bupati Sikka,Drs.Yoseph Ansar Rera berharap agar SDK Wetakara jangan berubah menjadi sekolah negeri.Dengan bernaung di bawah Yayasan Persekolahan Umat Katolik (Sanpukat),SDK Wetakara sudah berdiri selama satu abad dan bisa mandiri.

“Sekolah ini adalah milik masyarakat,milik umat sehingga semua harus merasa memiliki dan mempunyai kemauan untuk memajukan sekolah ini.Pemerintah juga tak akan diam dan selalu membantu sekolah ini,” tegas Ansar.

(Ebed de Rosary)

Wartawan CDN - CendanaNews.Com

Alumni SDK Wetakara dan Masyarakat Watuliwung Bangun SMP Nubarak

$
0
0


Drs.Epe Epelinus alumni SDK Wetakara

MAUMERE – Moment perayaan satu abad SDK Wetakara di desa Habi kecamatan Kangae kabupaten Sikka menjadi momentum bagi para alumni dan masyarakat desa Habi guna membangun sebuah SMP.


SMP Nubarak yang terletak di desa Watuliwung ini didirikan di wilayah desa Watuliwung dan diharapkan agar bisa menampung anak-anak di wilayah kecamatan Kangae khusunya desa Habi,Watuliwung dan desa sekitarnya.


Demikian disampaikan Drs.Epe Epelinus alumni SDK Wetakara kepada Cendana News,Senin (1/8/2016).Dikatakan Epe,masyarakat dan para alumni termotivasi mendirikan SMP Nubarak desa Watuliwung dengan visi berbasis kearifan lokal dan budaya.


“Kami sudah menyiapkan dana untuk membangun sekolahnya dan ditargetkan tahun ini sudah dibangun agar tahun depan sudah bisa mulai berkatifitas,”ujarnya.


Dijelaskannya,pihaknya mencari format pendidikan berbasis wilayah dan ini merupakan wujud dari perjuangan satu abad SDK Wetakara desa Habi.Untuk itu hadirnya sebuah sekolah baru bisa menjawab kebutuhan akan pendidikan di wilayah ini.
 
Ir.Blasius Gharu,Msi salah satu alumni SDKWetakara dan pendiri SMP Nubarak.

Ir.Blasius Gharu,Msi salah satu alumni dan pencetus pembangunan SMP Nubarak saat ditemui Cendana News di tempat yang sama mengakui,para alumni dan masyarakat sepakat membangun lembaga advokasi pendidikan semacam yayasan untuk mengawal pendidikan anak-anak di wilayah Habi agar tidak putus sekolah.


“Kami mengadvokasi orang tua agar memilih pendidikan yang baik dan memotivasi anak-anak untuk bersekolah sampai sarjana,” tegasnya.


Dikatakan Direktur Politani Kupang ini,membangun hidup,penddikan sangat penting dan ini sebuah tantangan.Ini memotivasi kami apara alumni SDK Wetakara merintis pembangunan SMP yang nantinya kami akan jadikan sekolah negeri.


“Nantinya yayasan memberi dukungan dimana anak-anak yang orang tuanya tidak mampu akan dicarikan jalan untuk pembiayaan pendidikan mereka,” terangnya.


Dikatakan Blasius,para alumni mengadvokasi orang tua supaya memberikan perhatian sungguh terhadap pendidikan anak-anak.Selama ini tidak ada gerakan nyata,orang tua harus betul-betul menyadari pentingnya pendidikan dan yayasan juga memberikan pengarahan agar orang tua memilih sekolah yang sesuai kemampuan anak.


“Kami dulu sekolah asal sekolah saja dan berkembang sendiri.Ini yang membuat kami menyadari dan ingin mendorong agar generasi ke depannya tidak seperti kami,” ungkapnya.


Ditambahkan Blasius,pihaknya juga menyadari bahwa mendirikan sekolah bukan pekerjaan mudah,sehingga bersepakat SMP yang nantinya didirkan akan menjadi sekolah negeri sehingga bisa memiliki dana cukup serta bisa berkembang dengan baik.


Dirinya mengakui,tidak mungin yayasan membantu hanya sekedar memberikan uang namun mencari bantuan dari berbagai lembaga terkait beasiswa dan pembiayaan pendidikan sebab masyarakat desa Habi kurang informasi.


“Mari kita mulai,mari kita bermimpi bersama agar ke depannya anak-anak di daerah kami bisa menjadi orang yang dibanggakan keluarga dan wilayah kami,” pungkasnya.


(Ebed de Rosary)

Wartawan CDN - CendanaNews.Com

Dukung Pola Hidup Sehat,Koramil 1624-05 Solor Bangun Jamban Bagi Masyarakat Miskin

$
0
0
Aparat Kodim 1624 Flotim sedang membangun jamban bagi warga

LARANTUKA - Gerakan Jambanisasi yang telah, sedang dan akan di galakkan oleh Kodim 1624Flotim sejak satu tahun yang lalu,  merupakan salah satu serbuan teritorial yang di cetuskan oleh TNI AD.

Untuk mewujudkan komitmen tersebut,Kodim 1624 Flotim khususnya Koramil 05 Solor melakukan pembangunan jamban bagi warga desa Watahari kecamatan Solor Timur.Pemberian bantuan jamban atau kloset diikuti dengan membangun  WC bersama bagi warga tersebur.

Demikian disampaikan Dandim 1624 Flotim Letkol Inf.Dadi Rusyadi,SE melalui Danramil 1624-05 Solor Mayor Chb.Ihsan kepada Cendana News,Senin (1/8/2016).Dikatakan Ihsan,jambanisasi hingga saat ini masih terus berjalan, dan akan tetap berjalan.

“Kegiatan ini dilaksanakan guna mendukung terciptanya pola hidup sehat khususnya bagi keluarga yang tidak mampu dalam memenuhi pola hidup sehat,” ujarnya.

Dijelaskan Ihsan, pembuatan jamban di Watahari dilakukan untuk bapak Malik yang beralamat di dusun Krak,desa Watahari kecamatan Solor Timur.Petani miskin ini berusia 57 yang merupakan salah satu warga, diantara warga lainnya yang mendapat jambanisasi.

Diterangkannya, di wilayah Solor masih banyak  keluarga yang belum mempunyai jamban, sehingga sangat rentan terhadap munculnya berbagai macam penyakit. Terkait hal tersebut, para babinsa selalu terjun langsung ke masyarakat juga berkoordinasi dengan para kades guna mendata keluarga yang tidak mempunyai jamban.

Ihsan menambahkan,kepala desa Watahari melalui kepala dusun Krak bapak Azis  sangat menyambut baik dengan adanya jambanisasi yang di galakkan oleh Kodim 1624 Flotim, dalam hal ini adalah Koramil 1624-05/Solor.

“Kegiatan ini sangat membantu keluarga yang tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehat,” pungkas Ihsan mengutip apa yang dikatakan Azis.


(Ebed de Rosary)
Viewing all 339 articles
Browse latest View live